Presiden Joko Widodo: Pemerintah Sepakati untuk Kelola Bahan Mentah Menjadi Industri Bernilai Tambah

JAKARTA – Presiden Joko Widodo mengatakan, untuk meningkatkan daya sayang industri nasional, saat ini pemerintah sudah melarang untuk menghentikan ekspor bahan mentah yang tidak memiliki nilai tambah bagi negara.

Kebijakan ini dilakukan Presiden Joko Widodo agar terus mendorong program hilirisasi industri dengan  meningkatkan nilai daya saing perekonomian nasional.

Menurut Prosiden Joko Widodo, melalui program hilirisasi dan  pemanfaatan alih teknologi menjadi hal penting dalam memanfaatkan hasil sumber daya alam serta menjaga lingkungan.

“Berkali-kali saya sampaikan stop ekspor nikel. Tahun depan stop bahan mentah bauksit, tahun depan kita akan stop ekspor minerba lainnya. Kita berhenti ekspor bahan mentah yang tidak membawa nilai tambah besar bagi negara,” ungkap Presiden RI Joko Widodo dalam keterangannya ketika meninjauan Pabrik Ferronickel dan Stainless Steel dan Peresmian PT Gunbuster Nickel Industry di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Senin (27/12).

Pemerintah sangat mendukung jika ada investor yang ingin membangun industri dalam setahun ke depan ini.  Sehingga, pemerintah daerah (Pemda) harus menjaga iklim investasi di daerahnya masing-masing.

Dengan begitu, kondusif bagi investor yang ingin mengembangkan industri bernilai tambah.ndustri tersebut dapat pajak, membuka lapangan pekerjaan sebesar-besarnya, dan memperoleh devisa.

Presiden meminta aga para investor mendapatkan jaminan keamanan dalam menjalankan aktivitas usahanya, sehingga bisa meningkatkan nilai investasinya di masa mendatang.

‘’Ini juga dapat memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar yaitu akan membuka lapangan pekerjaan dan peluang UMKM baru, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan,” ujar Presiden Joko Widodo.

Sementara itu, Meneteri Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia memiliki cadangan nikel nomor 1 di dunia yang mencapai 21 juta ton atau 24% dari total cadangan dunia.

Menurutnya, produksi nikel Indonesia di 2020 mencapai 781 ribu ton atau 31,8% dari produksi nikel dunia. Produksi nikel tersebut diperkirakan akan terus meningkat.

‘’Ini akan terus meningkat, baik untuk produksi nickel pig iron maupun pemrosesan highpressure-acid-leach dari bijih berkadar rendah,’’kata Menko Airlangga.

Sejauh ini, lanjut Menko Airlangga, untuk peningkatan nilai tambah dari bijih nikel menjadi produk ferronickel sudah mencapai 14 kali, dan jika menjadi billet stainless steel akan mencapai 19 kali.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan