Sejumlah Daerah Sudah Mulai Asesmen Nasional, Begini Tanggapannya

JAKARTA –Penyelenggaraan asesmen nasional (AN) sudah dimulai di sejumlah daerah. Pada pekan awal, AN bakal dikhususkan untuk jenjang sekolah menengah kejuruan (SMK). Diperkirakan, AN rampung pada November.

Di Jambi, SMK Negeri 1 Kota Jambi jadi salah satu sekolah yang menyelenggarakan AN. Dilaksanakan dalam tiga sesi per hari, AN diikuti 45 orang siswa dan lima orang siswa cadangan yang dipilih acak oleh tim AN pemerintah. Selain itu, AN untuk survei lingkungan belajar diikuti 115 guru.

Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Kota Jambi Sepriyadi Erman mengatakan, pelaksanaan AN 2021 digelar sejak Senin (20/9). Hingga hari kedua, tak ada hambatan yang terjadi. Sebab, persiapan sudah dilakukan secara matang sebelumnya.

”Berlangsung sangat sukses sekali. Alhamdulillah, hambatan jaringan juga tidak ada sama sekali,” ungkap Sepriyadi Erman di SMKN 1 Jambi.

Diakuinya, tak ada kekhawatiran berarti pada hasil AN. Beda halnya dengan ujian nasional (UN). Sebab, AN sangat berbeda di mana hasilnya akan berguna untuk perbaikan kualitas sekolah.

”Kalau memang hasilnya gitu ya sudah memang harus dievaluasi. Ini memang untuk kebaikan semua warga sekolah,” tutur Sepriyadi Erman.

Senada, Eva Solina Panjaitan yang menjadi salah satu peserta AN mengaku tak terbebani dalam menjawab soal-soal yang diberikan. Pasalnya, soal tersebut merupakan gambaran dari pengalaman yang dialami seorang guru. Misal soal asesmen kompetensi umum (AKM) yang sudah jadi makanan sehari-hari.

”Ada 64 soal, tapi butir-butirnya panjang,” tutur Eva, guru bahasa Inggris itu.

Namun, kata dia, ada soal-soal yang cukup menarik perhatian. Sebab, tidak berhubungan dengan pola ajar ataupun lainnya. Dia mencontohkan, ada soal pandangan bagaimana memilih pemimpin. Apakah harus pria karena perempuan memiliki keterbatasan.

Dalam kunjungannya ke SMKN 1 Jambi, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengapresiasi pelaksanaan AN yang berjalan baik. Bahkan, yang menggembirakan, guru-guru yang melaksanakan survei lingkungan belajar tidak merasa tertekan.

Nadiem menyampaikan, AN tidak menimbulkan konsekuensi apapun bagi individu siswa, guru, maupun kepala sekolah. Termasuk, konsekuensi pada anggaran untuk sekolah maupun ke lulusan. Bahkan data tidak akan dipresentasi sebagai individu, melainkan agregasi sekolah. Sebab, tujuannya untuk pemetaan sekolah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan