TASIK – Sejumlah sekolah di Kota Tasikmalaya menyambut positif kebijakan terbaru untuk menggelar kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka. Sebab, banyak guru dan orang tua menilai pembelajaran secara daring tak efektif untuk para siswa.
Kepala SMPN 11 Kota Tasik, Eem Sulaeman mengatakan, para guru di sekolahnya sudah sejak lama menginginkan melakukan KBM tatap muka.
“Guru sangat semangat memberikan materi secara daring, tapi kita tak bisa mengawasi anak langsung. Sehingga, anak sepertinya masih belum banyak yang ikut daring,” katanya saat dihubungi Radar Tasikmalaya (Radar Garut Group), Senin (23/11) malam.
Selain itu, para guru juga merasa tak nyaman dalam memberikan materi secara daring. Sebab, dalam memberikan materi secara daring, para guru tak bisa memastikan pelajaran itu terserap dengan baik oleh para siswa atau tidak.
Eem menerangkan, para siswa di sekolahnya sebenarnya telah banyak yang memiliki HP untuk mendukung pembelajaran secara daring. Dari 911 siswa di SMPN 11, hanya terdapat sekira 51 orang yang tak memiliki HP.
Namun, meski banyak siswa yang memiliki HP, pemberian materi secara daring tetap sulit dilakukan. Sebab, tak semua siswa selalu hadir saat guru memberikan pembelajaran secara daring.
Dengan begitu, para guru tak bisa memastikan materi yang diberikan dapat terserap dengan baik oleh siswa. “Itu jadi tekanan batin. Karena para guru juga bertanggung jawab terhadap pelajaran yang diterima siswa,” bebernya.
Ia menambahkan, dalam menyambut KBM tatap muka, pihak sekolah terus melakukan persiapan terkait sarana dan prasarana terkait protokol kesehatan.
Ia mencontohkan, pihak sekolah telah menyiapkan thermo gun dan tempat cuci tangan untuk para siswa. “Intinya, kita sangat berharap KBM tatap muka bisa segera terlaksana. Mudah-mudahan Covid-19 juga cepat berlalu,” harapnya.
Hal senada dengan Eem, Kepala SMPN 21, Bambang Eka Budiman juga sangat berharap KBM tatap muka dapat segera dilaksanakan. Sebab, menurut dia, pembelajaran secara daring di sekolah itu banyak mengalami kendala.
Ia menyebutkan, hanya sekira 60 persen dari total 400-an siswa SMPN 21 Kota Tasikmalaya yang memiliki HP. Sementara sisanya, masih harus belajar menumpang dengan temannya yang memiliki HP. “Jadi tidak maksimal belajarnya,” tuturnya.