Masa Pandemi, Kehidupan Guru Honorer di Kabupaten Sumedang Kian Menyedihkan

DENGAN honor seadanya, tenaga honorer di Kabupaten Sumedang, masih tetap berjuang di tengah pandemi. Utamanya, bagi guru honorer yang berada di daerah, harus kerja ekstra di masa pembelajaran jarak jauh (PJJ) menemani anak didik mereka.

Para guru honorer, pun ikut terbebani di masa belajar di rumah ini. Sebab, perlu kuota internet guna kelancaran kegiatan belajar mengajar (KBM) secara online atau daring.

Meski begitu, ada bantuan dari sekolah untuk pembelian kuota internet dengan jangka waktu. Begitu juga bagi sekolah yang menerapkan metode belajar home visit atau metode lain yang dipilih sekolahnya, perlu biaya yang dikeluarkan.

Seperti dikatakan Adam, seorang guru honorer di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cacaban Kecamatan Conggeang. Adam yang mengajarkan Penjas, memberi tugas kepada anak didiknya di masa PJJ ini secara daring.

“Ya belajar daring, karena kondisi ini (pandemi covid-19). Saya ngajar tiga kelas. Empat, lima, enam. Jadi selalu memberi tugas kepada siswa,” katanya kepada Sumeks.

Ditanya terkait upah yang diterima, Adam yang menjadi tenaga pengajar honor sejak 2008 itu, mengaku tidak menentu. Sebab dari sekolah dan diberikan tiga bulan sekali.kata dia, tergantung kebijakan

“Nominalnya, ya tidak menentu lah. Namanya juga sukwan, sedikasihnya saja. Kita kan (upahnya) dari anggan BOS, itu juga kan kebijakannya dari sekolah, dan pastinya dibagi-bagi lagi dengan guru honorer lain. Kan bukan hanya saya saja yang honor,” tuturnya.

Dari honor yang diterimanya itu, digunakan untuk keperluan mencukupi kebutuhan hidup anak istrinya. Meski begitu, Adam pun memiliki usaha kecil untuk tambahan dapur rumahnya.

“Dicukup-cukup saja (dari sekolah). Kebetulan suka burung, jadikan ladang usaha juga lah, dengan ternak dan kemudian bisa jual beli,” tuturnya.

Adam menambahkan, selama dirinya menjadi tenaga honorer di SDN Cacaban hingga saat ini, hanya sekali ikut seleksi CPNS. Sayang, dirinya pun untuk sekarang ini belum ada minat lagi untuk ikut seleksi. “Pernah dulu, sekali. Udah itu, ya udah enggak lagi sampai sekarang,” tukasnya.

Hal senada dikatakan seorang guru honorer SDN di Conggeang, yang ingin disebut YS. Semasa pandemi ini, dirinya mengajar secara daring. Dan untuk kelancaran belajar online, kata YS, ada dana untuk kebutuhan kuota internet bagi dia dan guru lainnya yang diberikan sekolah. Sebab untuk sekarang, metode home visit tidak digunakan untuk Conggeang, karena sempat masuk kecamatan zona merah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan