Puluhan Ribu KPM Mulai Cairkan BST Covid Tahap II

BANDUNG– Pemerintah mulai mencairkan Bantuan Sosial Tunai (BST) tahap II bulan Juni kepada seluruh warga terdampak wabah covid 19 termasuk di kota Bandung.

Dirjen Penanganan Fakir Miskin Kemensos RI Asep Sasa Purnama menjelaskan sebanyak 69.011 keluarga penerima manfaat (KPM) kota Bandung mulai mencairkan BST tahap II melalui PT POS Indonesia dan Himpunan Bank Negara (Himbara).

”Penyalurannya sudah mulai dari minggu lalu termasuk di Kota Bandung. Disini (Kota Bandung) sebanyak 69.011 keluarga penerima manfaat (KPM) menerima BST. Melalui PT POS Indonesia sebanyak 40.872 KPM dan sisanya melalui Himbara,” kata Asep saat mengunjungi salah satu elektronik warung gotong royong di Kelurahan Malabar, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung, Senin (8/6).

Setiap KPM mendapatkan BST sebesar Rp 600.000.  Data Kemensos menunjukkan jumlah KPM penerima BST di Provinsi Jawa Barat 1.057.032 keluarga.

Asep menambahkan penyaluran BST tahap II di kota Bandung melalui PT POS Indonesia hingga Minggu (7/6) telah mencapai 22 persen atau 8.981 KPM.

Dijelaskanya, sesuai dengan arahan Presiden Jokowi, Kemensos akan menyalurkan BST kepada warga terdampak covid 19 hingga bulan Desember mendatang.

Sebelumnya, Presiden Jokowi telah memutuskan untuk memperpanjang masa bantuan sosial tunai hingga bulan Desember 2020. Hal ini dikarenakan presiden memandang dampak pemulihan wabah covid 19 masih berlangsung hingga akhir tahun.

”Dengan adanya perpanjangan ini maka pemerintah akan memberikan BST sebesar Rp. 300.000 yang akan diberikan mulai bulan Juli hingga Desember,” jelasnya.

Dalam kesempatan ini, Asep bersama Tim juga mengunjungi dua Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan Elektronik Warung Gotong Royong (E-Warong) di Kota Bandung. Kunjungan tersebut dilakukan untuk meninjau langsung pelaksanaan perluasan Program Sembako Tahun 2020 di Kelurahan Malabar, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung.

Dalam kunjungan tersebut, dia bertemu dengan Ibu Ihat,72, dan suaminya,77, yang sedang dalam kondisi sakit keras dan hanya dapat berada di atas ranjang seadanya.

Kemudian dilanjutkan menuju kediaman KPM kedua bernama Ibu Wati Susilowati. Sama halnya seperti kondisi rumah Ibu Ihat, rumah Ibu Wati juga memprihatinkan. Tinggal di pemukiman padat penduduk dengan luas rumah dua petak, Ibu Wati hidup bersama suaminya dengan dinding rumah yang sebagian terbuat dari tripleks.

Tinggalkan Balasan