Wanita Di’S Way

Beras itu langsung dikirim ke panti asuhan terdekat. Kalau hasilnya lagi banyak dikirim ke dua atau tiga panti asuhan.

“Di kampung itu saya menjadi lebih terkenal dari suami,” ujarnya sambil tersenyum.

Kini, di saat PSBB, silaturahminyi tiga tahun terakhir memberinyi jalan keluar. Para tetangga pun sudah tahu reputasi “Wanita DI’s Way” penjual jilbab ini. Dia dianggap orang baik.

Sebenarnya dia tetap ingin jualan jilbab di pelataran mal itu. Tapi dia harus menaati aturan PSBB. “Ternyata tidak semua orang patuh.

Saya lihat banyak yang tidak peduli PSBB,” ujarnyi.

“Wanita DI’s Way” ini memang sempat merasa sulit. Tapi dia tidak pernah menyerah. Kesulitan kali ini dia anggap biasa saja. Dia sudah sering berada dalam keadaan yang lebih sulit.

Dia sudah biasa kerja serabutan sejak muda. Waktu menjadi karyawan hotel di Bali dia pun cari uang tambahan: bekerja paruh waktu di travel milik orang Jepang. Yang pekerjaannya dia anggap sepele: memasukkan nama-nama hotel yang ditawarkan ke turis Jepang.

Setamat SMA di Semarang dia memang ‘lari’ menjauh dari kota pacarnya: patah hati. Dia ke Bali –kuliah perhotelan.

Akhirnya dia menikah. Tapi tetap cari uang. Bisa membeli sawah di Ubud. Juga membeli sebuah rumah.

Tapi perkawinannya gagal –setelah punya dua putri. Dia merasa tidak kuat jadi sasaran kekerasan fisik terus-menerus. Dia minta cerai.  Sang suami tidak keberatan –asal rumah itu untuk sang suami.

Dia pun pergi bersama dua anaknya. Begitu saja. Kos di rumah orang. Sambil tetap bekerja di dua tempat tadi.

Sampailah dia bertemu suaminya yang sekarang. Yang bekerja di anak perusahaan Telkom. Yang memberinyi satu anak lagi. Kali ini laki-laki, sudah kelas 6 SD –sudah hafal 15 juz Alquran.

“Wanita DI’s Way” ini memang bertekad tiga anaknya harus jadi orang. Yang pertama sudah kerja di Yakult. Yang kedua baru lulus sastra Perancis di Unnes Semarang.

Dia menyekolahkan anak ketiganyi di pesantren: agar kelak bisa berbakti pada ibunya –ketika kelak sang ibu sudah tua. Sang anak juga tahu bagaimana sang ibu merawat ibunyi sampai –baru saja– meninggal dunia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan