Wanita Di’S Way

Dia pun kembali ke dalam pasar. Dia potret harga-harga yang di atas bahan makanan di situ. Dia kirim foto-foto harga itu ke para tetangganyi.

“Langsung ibu-ibu tetangga minta dibelikan yang saya potret itu,” katanya. “Sampai uang saya tidak cukup,” tambahnyi.

Dalam perjalanan pulang ponselnya berdering. Dia berhenti di pinggir jalan TB Simatupang. Ternyata ada tetangga yang pesan tambahan. “Tidak mungkin lagi balik ke Kramat Jati,” ujarnya.

Sambil siap-siap mau jalan lagi dia lihat ada lelaki membawa dagangan bandeng presto. Masih banyak yang belum laku. Dia pun tanya harganya. Harga itu dia sebar ke ponsel tetangganya. Dalam 10 menit respon masuk. Sangat deras. “Semua bandeng bapak itu pindah ke sepeda motor saya,” katanya.

Setiap kali ke Kramat Jati dia mengenakan ‘pakaian dinas’ Covid19-nyi: masker, sarung tangan, penutup kepala, plastik topeng wajah dan baju luaran.

Dia begitu ‘marah dalam hati’: begitu banyak orang yang abai PSBB. Padahal dia sendiri sampai meninggalkan bazaarnya demi PSBB.

“Wanita DI’s Way” ini punya suami. Tapi dia tidak mau suaminya terlalu banting tulang. Sang suami pernah stroke. Cukuplah kalau sang suami kerja kantoran. Yang bayarannya cukup untuk cicilan rumah. Yakni rumah tipe 50 di Depok. Dengan tanah 90 m2. Sekitar 10 menit dari lapangan golf Matoa.

Sang suami mau diajak berhemat. Ke kantor naik motor. Sampai terminal bus. Motor dititipkan di situ. Pindah naik TransJakarta.

Untuk keperluan lainnya sang istrilah yang ambil tanggung jawab: biaya sekolah anak, makan keluarga, pakaian dan perawatan ibunya yang lagi sakit.

Dia tidak menyangka kegiatan sosialnyi 3 tahun lalu berpengaruh baik di saat sulit seperti ini. Padahal waktu itu tidak ada niat apa pun kecuali membantu orang.

Waktu itu dia bersilaturahmi ke semua tetangga. Yang umumnya rumahnya lebih besar dari rumahnyi. Dia ingin para tetangga itu menyumbang beras satu jumput saja (sekitar setengah gelas). Seminggu sekali. Dia sanggup keliling mengumpulkannya. Setiap hari Jumat pagi.

Meski targetnya satu tetangga hanya satu jumput, praktiknya ada juga yang sampai menyumbang 5 kilogram.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan