Satu Tahun Penuh Tidak Pernah Berhenti Menulis

DisWay berumur 1 tahun. Lusa. Tanggal 9 Februari. Berarti setahun penuh saya tidak libur: setiap hari menulis artikel. Tanpa absen. Pun sehari.

Dahlan Iskan

Penerbit Noura Book menerbitkan buku. Menandai ulang tahun tersebut. Isinya beberapa tulisan di disway. Mengambil tema: pribadi-pribadi yang menginspirasi.

Saya sendiri kaget. Tiba-tiba DisWay sudah satu tahun. Berarti sudah 360 artikel saya tulis. Sejak terbit pertama setahun yang lalu.

Ide DisWay ini murni dari teman-teman. Teman dekat dan jauh. Yang menginginkan saya tetap menulis. Biar pun tidak di JP lagi.

Mereka memang mulai tahu: saya dan anak saya, Azrul Ananda, tidak lagi di Jawa Pos. Berakhir. Selesai.

Dulu saya biasa menulis di koran itu. Catatan Dahlan Iskan. Setidaknya seminggu sekali. Kadang seminggu beberapa kali. Kalau lagi ada peristiwa besar. Yang perlu diberi catatan.

Inisiatif catatan itu kadang dari saya sendiri. Sering juga atas permintaan redaksi. Begitu seringnya saya menulis di Jawa Pos sampai ada yang bilang itu karena ‘koran-korannya sendiri’. Bukan karena mutu.

Azrul Ananda juga menulis seminggu sekali. Tiap hari Rabu. Di rubriknya yang terkenal: Happy Wednesday. Yang pembacanya golongan anak muda. Yang kumpulan artikelnya juga sudah terbit dalam bentuk buku.

Pembaca tulisan saya lebih dewasa. Mereka itulah yang menurut teman-teman tadi menginginkan saya terus menulis. Tentu mereka tahu: saya tidak mungkin lagi menulis untuk Jawa Pos. Tapi di zaman digital ini semua orang bisa bikin media. Bisa menulis sendiri, diedit sendiri, diterbitkan sendiri. Bahkan bisa menulis sesering apa pun. Tanpa ada yang bilang ‘Internet-internetnya sendiri’.

Tapi saya tidak pernah punya media online. Tidak tahu cara membuatnya pula. Semua online yang seolah milik saya itu tidak satu pun yang saya miliki. Itu milik orang lain. Menggunakan nama saya.

Itu biasa di dunia online. Saya juga tidak mempermasalahkannya. Toh isinya baik semua. ”Saya yang akan bikinkan medianya,” ujar mas Joko Intarto. Tiba-tiba. ”Kapan saja Pak Boss mulai menulis, medianya sudah siap,” katanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan