Ridwan Kamil: Harus Ada Cara-cara Baru Membangun Jawa Barat

BANDUNG – Calon Gubernur nomor urut satu, Ridwan Kamil dan Calon Wakil Gubernur pasangannya Uu Ruzhanul Ulum, menghadiri Muzakarah Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) di Hotel Savoy Homan Kota Bandung.

Dalam acara yang merupakan kerjasama KPUJ Prov. Jawa Barat dengan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia ini, hadir empat pasangan calon gubernur Jawa Barat, serta panelis yang merupakan para akademisi sekaligus pengurus ICMI Jawa Barat, diantaranya Asep Warlan Yusuf (Hukum Tata Negara Unpar, Anggota Dewan Pakar ICMI),
Atip Tatipul Hayat (Hukum Unpad, Wakil Ketua ICMI), Cecep Darmawan (Ilmu Politik UPI, ICMI) dan Ujang Saefulloh (Komunikasi Lintas Agama UIN, Sekum ICMI).

Muzakarah ICMI ini dibagi menjadi empat sesi, mencakup isu kecendekiaan, kerakyatan, keindonesiaan, dan Keislaman. Ridwan Kamil yang mendapat kesempatan pertama menyampaikan visi terkait keindonesia, melihat dari sisi optimis. Kang Emil mengutip studi dari McKenzie yang menyebut pada tahun 2045 mendatang, Indonesia akan menjadi negara hebat nomor 3 di dunia, dengan tiga syarat; Kepemimpinan, ekonomi yang stabil, dan ada logika baru dalam kepemimpinan.

“Pasangan RINDU memiliki semangat untuk menjadikan Jabar provinsi inovatif di Indonesia, dengan cara pertama, menggeser berbagai layanan menjadi layanan digital, kedua tidak ada krisis sosial politik dalam berdemokrasi, dan ketiga bonus demografi yg kompetitif” ungkap Ridwan Kamil.

Pasangan RINDU menerut Kang Emil ingin mengwal masa emas ini dengan kepemimpinan yang transformatif. Pasalnya, kepemimpinan yang terbaik adalah dengan keteladanan, dekat dengan agama, memiliki ilmu, senantiasa mau turun ke bawah “Pasangan RINDU akan memimpin dengan dialogis. Kami akan turun ke bawah, dan menjadi moderator dalam forum- perbedaan” tegasnya. Menurut Emil, itulah janji yang akan dipraktikan pasangan RINDU dalam menjaga Pancasila.

Dalam hal keindonesian, menurut Ridwan Kamil, pasangan RINDU meyakini bahwa pemimpin jabar harus punya nilai IMTAQ dan semangat IPTEK dalam membawa kemajuan. “Pinter tapi jahat banyak, soleh tapi kurang berilmu akan jalan di tempat. Butuh keduanya, karena sehabat2nya dakwah adalah dakwah dengan kekuasaan,” tegasnya. Ridwan Kamil mencontohkan pengalamannya saat memimpin Bandung yang mampu menggerakan program Magrib mengaji, demikian jua dengan yang dilakukan oleh Uu saat menjadi Bupati Tasikmalaya yang mampu memberi honor sebesar Rp 1,5 juta kepada para penjaga masjid di Tasikmalaya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan