Libatkan Provider Hingga Google

”Mereka kami arahkan dan wajib menjadi induk. Nanti bersama guru kepala sekolah yang ditunjuk sebagai manajer, fasilitator, guru bina. Mereka melakukan pendekatan ke pemerintah kecamatan dan kelurahan untuk menghunting siswa-siswa yang memang mempunyai kesulitan melanjutkan sekolah. Baik dari sisi jarak atau ekonomi,” imbuhnya.

Dadang mencontohkan, di Cirebon dan Indramayu hampir ada sekitar 6.000-an siswa yang bisa disebut rawan melanjutkan pendidikan. Sebab, mereka harus melaut dengan berbulan-bulan. Maka jika mereka melanjutkan menggunakan SMA/SMK biasa tidak akan mungkin.

”Maka kita buka peluang mereka untuk melanjutkan dengan SMA Terbuka atau SMK PJJ. Dengan begitu mereka bisa belajar saat melaut dengan menggunakan gadget. Bahkan, di Bandung kita punya 60 atlet dan kita titipkan di SMAN 10 dan SMAN 6. Ada juga artis, sama mereka juga mengunakan sekolah terbuka,” urainya.

Menurut Dadang, sekolah terbuka ini bertujuan memperluas dan meningkatkan angka partisipan sekolah dengan mutu yang tetap berkualitas. Oleh karena itu, pihaknya menghadirkan teknologi di situ. ”Kita bekerjasama dengan berbagai provider internet, termasuk dengan Google dan dunia usaha dan industri,” ujarnya.

Salah satu persyaratan untuk SMA Terbuka adalah harus adanya backup dari pengusaha. Sebab diperlukan infrastruktur terutama yang berbasi IT seperti komputer, proyektor dan jaringan internet. ”Sementara untuk ruangan bisa dimana saja. teknisnya kita menyiapkan modul-modul untuk daerah yang tidak terjangkau internet,” bebernya.

Dadang menuturkan, sekolah ini sudah dijalankan selama enam tahun, namun baru masif sekitar satu tahun ini, dengan Padalarang dan Leuwiliyang sebagai binaan pusat. Sedangkan binaan provinsi ada enam di kabupaten/kota yaitu, Garut, Cianjur, KBB, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sukabumi dan Kota Bandung. ”Terbanyak ada di Cianjur dan Sukabumi. Dari 6.000 yang kita ujicoba sudah meluluskan ratusan anak lebih,” pungkasnya. (adv/ziz).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan