Pembebasan Sandera Hasil Kerjasama TNI dan Polri

jabarekspres.com, BANDUNG – Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmatyo mengatakan penangkapan dan pembebasan sandera dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Tembagapura Papua adalah hasil kerjasama yang baik antara TNI dan Polri.

Dikatakan Gatot, TNI dan Polri sudah bekerja sesuai fungsinya masing-masing sehingga mampu membebaskan warga yang disandera KKB. ‎Ia pun menegaskan tidak akan memberi ruang sedikit pun bagi siapa saja yang ingin merusak kondusifitas Indonesia.

“Saya sampaikan bahwa tidak ada sejengkal tanah pun di Indonesia bahwa orang tidak merasa aman. Pasti TNI, Polri dan juga pemerintah hadir sesuai fungsinya masing-masing,” kata Gatot usai memberikan orasi ilmiah di Kampus Universitas Islam Bandung (Unisba), Jalan Tamansari belum lama ini.

Gatot memaparkan, dalam‎ operasi penangkapan tersebut, kepolisian bertugas menyiagakan pengamanan di daerah pemukiman penduduk. Sementara TNI bergerak senyap dengan menempuh jarak 4,5 kilometer selama 4 hari menuju tempat penyanderaan.

Kemudian, pasukan gabungan yang terdiri dari Kopasus, Batalion 751 Rider serta Taipur Kostrad melakukan serangan di dua tempat yang merupakan markas KKB. Meski bersama-sama dengan masyarakat, KKB tersebut akhirnya terdesak dan berhasil ditangkap.

“Setelah semuanya berhasil mereka terdadak karena mereka bersama-sama dengan masyarakat. Perintah saya yang utama adalah keselamatan sandera, maka dilakukan benar pada pagi hari‎,” kata dia.

‎Lebih lanjut, Gatot menjelaskan, setelah berhasil menguasai pemukiman warga yang dijadikan tempat penyanderaan oleh KKB. Pihaknya pun memerintahkan aparat setempat untuk segera melakukan evakuasi terhadap warga yang disandera.

‎“Setelah dikuasai baru saya perintahkan Pangdam dengan pak Kapolda datang ke sana untuk melakukan evakuasi. Sebelum evakuasi saya perintahkan kiri kanan jalan harus aman. Ini semuanya saya yakin berkat mukjizat dari Allah SWT,” kata dia.

Menurutnya, tidak semua warga yang menjadi korban penyanderaan KKB‎ adalah orang asli kampung tersebut melainkan ada dari beberapa wilayah lain di Indonesia. Pihaknya pun akan memberikan pengawasan dan penjagaan ketat bagi warga yang memilih menetap dan bertahan.

“Yang bukan asli kampung situ ada warga dari Makassar dan segala macem‎, ada dari Timika juga dibawa, diungsikan, tapi yang kampung itu tetap dijaga agar jangan sampai diganggu,” kata dia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan