Nama Udin dan Prabangsa Terpahat di Tugu Memorial

Di antaranya ada sejumlah nama wartawan dari Indonesia, yakni 34 nama. Antara lain, Fuad Muhammad Syafruddin alias Udin, wartawan Bernas yang tewas pada 1996, dan Anak Agung Gde Bagus Narendra Prabangsa, wartawan Jawa Pos Radar Bali yang dibunuh pada 2009.

Dalam profilnya disebutkan, dua jurnalis itu meninggal setelah memberitakan kasus skandal keuangan dan dugaan korupsi di wilayah kerja mereka. Udin di Bantul, Jogjakarta, sedangkan Prabangsa di Bangli, Bali.

Nama Udin, Prabangsa, dan lebih dari 1.800 jurnalis itu didapat Newseum dari data organisasi pers dan wartawan di seluruh dunia. Karena itu, mereka berani mempertanggungjawabkannya. ’’Ini untuk menghindari adanya kontroversi apakah layak atau tidak nama wartawan tersebut diabadikan,’’ jelas Jennifer.

Dari perjalanan museum itu, tetap saja ada kontroversi. Hal itu diketahui dari salah satu keterangan di galeri tersebut. Di situ disebutkan, ada satu nama yang dicabut dari tugu memorial. Penyebabnya, wartawan tersebut diduga berpihak kepada Israel dalam peliputan perang antara Palestina dan Israel.

Yang jelas, ada pesan kuat yang hendak disampaikan monumen Journalists Memorial. Yakni, masih kuatnya ancaman terhadap kebebasan pers di dunia. Bahkan dituliskan, jumlah jurnalis yang nyawanya terancam dalam menjalankan tugas masih terus bertambah. Termasuk ketika terjadi konflik dan perang.

Meski demikian, ada juga pesan penyemangat bahwa jurnalis sejati pantang surut ke belakang. Hal itu, antara lain, terekam dari rompi antipeluru bertulisan ’’Media’’ yang ikut dipamerkan. Rompi itu adalah milik jurnalis CNN Peter Arnett saat terjadi Perang Teluk. Di dekat rompi yang dikenakannya, terdapat satu sachet susu bubuk kemasan produksi Iraq.

Ternyata, sang jurnalis dalam bertugas sempat menyimpan susu tersebut di rompinya. Itu menjadi bukti bahwa sebuah pabrik susu untuk bayi ikut dibom dalam perang. Sebuah pesan kemanusiaan yang harus terus disuarakan. (*/c5/ari/rie)

Tinggalkan Balasan