Memotret Sepak Bola Indonesia dengan Frame Jenaka

Perkelahian antarsuporter hingga penyerangan terhadap wasit adalah sederet fakta kelam sepak bola tanah air yang dia saksikan sepanjang tinggal di Indonesia. Bahkan, tragedi sepak bola gajah dengan lima gol bunuh diri di Divisi Utama 2014 ikut menambah catatan merah.

Pahit memang. Tapi, Sutton hanya menjadikannya bumbu yang mendewasakan sepak bola tanah air. Sebab, menurut dia, masih ada hal positif dari sepak bola nasional yang bisa menginspirasi banyak orang. ”Sepak bola adalah olahraga yang menggembirakan. Dan saya melihat sepak bola Indonesia memiliki budaya yang berbeda,” jelasnya.

Sutton lebih suka melihat klub-klub sepak bola dari sisi positif, bahkan yang kecil sekalipun. Misalnya saat dia menggambarkan dua tim asal Jawa Barat, Persikab Kabupaten Bandung dan Pelita Bandung Raya (PBR), yang harus berjuang untuk survive di bawah bayang-bayang dominasi Persib Bandung. Dia tidak segan mengomparasikannya dengan klub-klub kecil di Inggris.

Persikab atau PBR, tak ada yang benar-benar membenci mereka. Persis seperti Fulham, Brentford, atau Orient di London. Klub-klub yang menjadi bayangan para raksasa. Tantangan mereka hanyalah bisa punya pendukung dalam jumlah yang signifikan dan semuanya akan datang ke stadion atau menyaksikan mereka di televisi saat Persib tidak bermain.

Sutton mencoba membandingkan apa yang terjadi di Inggris dengan pengalaman yang dia saksikan dari sepak bola Indonesia. Dalam urusan kerusuhan suporter, misalnya, dia mencoba memunculkan kembali memorinya soal kerusuhan suporter Manchester United (MU) saat klub tersebut terdegradasi ke Divisi II pada 1974. ”Hampir setiap minggu saya melihat kekacauan yang ditimbulkan pendukung MU,” kenang dia.

Sutton menjelaskan, para pendukung fanatik skuad berjuluk Setan Merah itu menghancurkan apa saja yang bisa ditemukan di sepanjang jalan kota sebagai bentuk eksistensi mereka. Besar di lingkungan sepak bola yang fanatik membuat Sutton juga tumbuh menjadi suporter dengan jam terbang perkelahian yang tinggi. Doyan bertarung dalam perkelahian jalanan membuat matanya tinggal satu, sebelah kanan. Bola mata sebelah kirinya sudah tak sempurna.

Terkait dengan sepak bola tanah air, Sutton tidak sepakat dengan label anarkis dan vandalis yang disematkan kepada Bonek, julukan suporter Persebaya Surabaya, selama ini. Sebab, bagi dia Bonek adalah cermin kelompok militan yang rela melakukan apa saja untuk mempertahankan eksistensi Persebaya.

Tinggalkan Balasan