Berwisata dan Bernostalgia di Museum Sepak Bola Jepang

Puas di situ, pengunjung bisa bergeser ke ruang pemutaran film 3 dimensi (3D). Di ruangan yang mirip bioskop mini tersebut, pengunjung dapat menikmati pertandingan-pertandingan Piala Dunia 2002 seperti live di depan mata. Dengan kacamata 3D yang disediakan pengelola, pengunjung duduk di kursi ruangan seperti duduk di tribun stadion.

Selain tayangan laga, juga diputar acara konferensi pers yang menghadirkan para manajer dan pemain utama tim yang main. Dengan kacamata tersebut, pengunjung seperti sedang berhadapan langsung dengan para bintang yang sedang naik daun kala itu seperti Ronaldo Luis Nazario de Lima (Brasil) atau Miroslav Klose (Jerman).

Berpindah ke ruangan dalam, temanya jersey tim-tim peserta Piala Dunia 2002. Khusus jersey timnas Jepang mendapat tempat tersendiri. Di bagian itu dipajang jersey Samurai Biru -julukan timnas Jepang- dari tahun 1917 sampai saat ini. Jersey yang pernah dikenakan para bintang Jepang juga dipajang di sebelahnya. Mulai milik Junichi Inamoto, Yoshikatsu Kawaguchi, Hidetoshi Nakata, Keisuke Honda, Eiji Kawashima, sampai Shinji Kagawa. Ruangan itu didesain mirip dressing room atau ruang ganti pemain.

Dipajang pula kertas taktikal yang dipasang di pojok ruangan tersebut. Itu kertas taktikal saat Jepang mengalahkan Amerika Serikat (AS) untuk kali pertama pada ajang Kirin Cup 1993. Ketika itu Jepang menang 3-1.

Pengunjung Jepang makin bangga ketika masuk ke ruang khusus yang memamerkan trofi-trofi yang pernah didapatkan negara yang kini berperingkat 45 FIFA tersebut. Yang paling banyak tentu saja replika trofi Piala Asia. Jepang jadi kampiun Piala Asia pada 1992, 2000, 2004, dan 2011.

”Semua yang ada di sini sungguh inspiratif. Saya makin antusias untuk membuat film bertema perjalanan sepak bola Jepang,” lanjut pria yang mengidolakan sosok legenda hidup timnas Jepang Hidetoshi Nakata tersebut.

Fujii tidak berkunjung ke museum tersebut sendirian. Dia mengajak ibunya, Sachiyo Fujii, dan adiknya, Masashi Fujii. Sachiyo memang bukan penggemar sepak bola. Namun, dia bersedia jauh-jauh datang dari Kobe untuk bernostalgia dengan sepak bola Jepang di eranya. Maklum, Sachiyo punya kenangan manis dengan sejarah sepak bola Jepang. Perempuan 66 tahun itu sempat menunjukkan ke Jawa Pos foto legenda Brasil Pele yang berpose dengan seorang pria Jepang. Siapakah pria itu?  ”Itu suami saya, ayahnya Sato (Satoshi Fujii),” jawabnya.

Tinggalkan Balasan