Sajian Kopi Luwak Pecahkan Rekor MURI

bandungekspres.co.id, SOREANG – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung resmi mencatatkan sekaligus memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) kategori penyajian terbanyak kopi luwak.

Pemecahan rekor MURI ini dilakukan bersamaan dengan digelarnya Agroexpo dan Agronomi Fair Sabilulungan 2016, launching Jeruk DN Sabilulungan dan Penandatanganan MoU Bank Jabar (BJB) dengan Pengolah dan Petani Kopo, yang berlangsung di Bale Rame, Soreang, belum lama ini.

Bupati Bandung Dadang M. Naser mengatakan, ini menjadi sebuah rekor baru penyajian kopi luwak asal Kabupaten Bandung terbanyak dengan 50 varian.

”Saya berterima kasih dan sangat bersyukur dengan pencapaian rekor ini. Semoga ini akan terus menjadikan kopi asal Kabupaten Bandung, unggul dan dikenal hingga internasional,” ujarnya usai menerima piagam pemecahan rekor MURI.

Dadang menambahkan, selama ini kopi asal Kabupaten Bandung memang telah dikenal hingga ke sejumlah negara. Tidak heran, kopi asal wilayahnya ini masuk kriteria unggulan.

Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Kabupaten Bandung, Tisna Umaran mengatakan, pemecahan rekor MURI ini bukan sebatas main-main, namun ada upaya yang dilakukan, yakni brand kopi asal Kabupaten Bandung semakin tersosialisasikan.

”Karena produk kopi asal Kabupaten Bandung ini masuk kriteria kopi unggul. Kami ingin agar brand kopi unggulan tersosialisasikan. Jangan sampai masyarakat tidak tahu,” ujar Tisna.

Tisna mengatakan, kegiatan ini intinya lebih menginformasikan brand-brand atau produk terbaik, baik dengan cara festival, pameran dan lain-lain.

”Jadi kita tidak mengarang membuat kegiatan ini untuk mencatatkan rekor, karena pada kenyataannya memang produk kopi asal Kabupaten Bandung sudah diterima pasar internasional,” pungkasnya.

Kepala Bidang Perkebunan Dispertanbunhut, Ande Supriatna menambahkan, penambahan luas lahan perkebunan kopi di Kabupaten Bandung terus dilakukan, yakni sebanyak 30 persen dari luas lahan sebelumnya yang mencapai 11 ribu hektare.

Saat ini, kata Ande, perkebunan kopi tersebar di sejumlah kecamatan seperti Cilengkrang, Pangalengan, Rancabali dan Ciwidey.

”Dari setiap hektare itu produktivitas rata-rata 1 ton. Puncak panen kopi ini di Juni Juli,” ujarnya.

Ande melanjutkan, sebanyak 70 persen di antaranya ditanam di lahan-lahan hutan milik Perhutani, melalui kerjasama Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Sedangkan sisanya, adalah lahan milik masyarakat yang giat membudidayakan tanaman kopi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan