Solusi Jangka Pendek Atasi Kenaikan Harga

Dalam kesempatan yang sama, Amran menuturkan, ada beberapa bahan pokok yang menunjukkan anomali (ketidakwajaran) di pergerakan harga. Dia mencontohkan harga minyak goreng. Indonesia punya stok 1,6 juta ton CPO (crude palm oil). Pada saat yang sama, kebutuhan nasional hanya 400 ribu ton. Artinya masih surplus dan diekspor. Anehnya, harga minyak goreng masih tinggi. ”Khusus minyak goreng, kita sudah sepakat turun 5,5 persen seluruh Indonesia dari produsen,” ujar Amran.

Begitu pula daging ayam. Dengan stok yang surplus, di beberapa daerah harga daging ayam justru naik. Dia pun membenarkan bahwa pangkal persoalan tersebut ada pada distribusi. Itulah yang harus dicarikan penyelesaian.

Sebagai gambaran, selama ini beras melalui delapan sampai sembilan titik distribusi sebelum sampai kepada konsumen. Pihaknya akan memotong titik distribusi itu sehingga tinggal empat. Dengan demikian, margin harga juga bisa dipotong.

Kemudian, untuk daging sapi, pihaknya mulai memotong rantai pasokan sapi lokal. Harganya sudah bisa ditekan hingga Rp 85 ribu. Hanya, pihaknya masih kekurangan kapal pengangkut sapi. ”Kami masih butuh tujuh unit lagi. Nanti diformulasikan bersama Kementerian Perhubungan,” tutur Amran. Diperkirakan, dibutuhkan waktu satu hingga dua tahun untuk memenuhi kebutuhan kapal.

Meski demikian, dia meminta masyarakat untuk memahami bahwa langkah menurunkan harga tidak bisa instan. ”Ini kejadian sudah 70 tahun, kita merespons baru satu tahun. Butuh waktu.”

Sementara itu, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menyatakan masih menyelidiki rantai distribusi bahan pokok mulai tangan produsen hingga tingkat pengecer. Dia mencontohkan harga daging yang saat ini masih tinggi. Menurut dia, jalur mulai feedloter atau pengusaha penggemukan sapi hingga jagal sejauh ini tidak bermasalah. Harganya relatif tidak berubah. ”Tapi, dari jagal ke pasar ini ada masalah,” ujar Badrodin di kompleks istana kepresidenan kemarin.

Badrodin menyatakan bahwa jajarannya masih mencari tahu komponen di antara jagal dan pedagang yang menyebabkan perubahan besar. ”Nanti kami lihat apakah di situ ada permainan atau tidak,” lanjut jenderal dari Umbulsari, Jember, tersebut. Sebab, kenaikan harga bahan pokok memang memunculkan dua kemungkinan. Yakni, permainan spekulan atau murni proses pasar.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan