Sadar Sudah Mustahil Jadi Pusat Dunia

Menurut Startup Genome, lembaga yang memantau perkembangan dan meranking perkembangan start-up di seluruh dunia, kini Tel Aviv menjadi kota nomor dua setelah Silicon Valley yang paling aktif memasok perangkat dan sistem teknologi berbasis online di dunia.

Selain membanggakan, fakta itu juga meresahkan. Sebab, bagi penduduk Israel, menjadi nomor dua bagaikan perintah untuk segera menjadi nomor satu. Dan untuk pengembangan start-up, tugas suci itu mustahil diwujudkan jika pengelolaan imigrasi Israel masih menggunakan cara-cara lama yang mengedepankan prasangka.

”Kami sudah pelajari betul apa yang membuat Silicon Valley lebih baik dari kami. Satu hal penting yang kami temukan adalah proporsi warga Amerika dan warga asing di Silicon Valley sangat ideal, 50:50,” ungkap Marcus.

”Padahal, di Tel Aviv, bisnis start-up 98 persen dikelola Israeli (warga Israel, Red). Hal itu membuat kami sulit diterima sebagai pusat start-up dunia,” lanjutnya

Karena itu, Pemerintah Kota Tel Aviv dan beberapa usaha start-up mendesak pemerintah untuk membuka pintu lebih lebar bagi para desainer, programer, serta tenaga ahli teknologi asing. Desakan itu didengar pemerintah. Kementerian ekonomi dan tenaga kerja mulai menerapkan start-up visa tahun ini.

Dengan visa khusus tersebut, teknisi dari seluruh dunia diundang ke Israel secara lebih mudah dan dengan proses yang lebih cepat. ”Jadi, jika Anda dari Indonesia, meskipun tidak punya hubungan diplomatik, seorang entrepreneur start-up dan punya keahlian teknologi yang kami butuhkan, silakan datang,” ujarnya.

Bukan hanya desakan adanya kemudahan bagi warga dari luar untuk datang, pemerintah Israel kini juga agresif menawarkan kerja sama dengan negara lain, termasuk Indonesia, untuk membuka pasar baru perusahaan teknologinya. (c5/*/rie)

Tinggalkan Balasan