Pemerintah Jaring Doktor di 10 Perguruan Tinggi

[tie_list type=”minus”]Buka Program IMD[/tie_list]

bandungekspres.co.id– Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) terus menggenjot ketersediaan doktor (S3) untuk mengajar perguruan tinggi (PT) di Indonesia. Data yang diterima INDOPOS dari Kemristekdikti menyebutkan, jumlah dosen dengan menyandang S2 dan S3 sudah mencapai 75 persen. Sementara untuk jumlah profesor sebanyak 5.500 orang.

Menteri Ristek dan Dikti (Menristekdikti) Muhamad Nasir menuturkan, jumlah peneliti sebanyak 550 per satu juta orang penduduk Indonesia. Dilangsir scopus Index, pada 2014 sedikitnya 5.500 karya sudah diterbitkan. Angka tersebut lebih tinggi dari Vietnam dan 45 persennya ditulis melalui kolaborasi dengan peneliti asing.

”Kami terus genjot penelitian di 11 bidang prioritas seperti pertanian dan pangan, energi dan energi terbarukan, obat dan kesehatan, informasi dan komunikasi, transportasi, pertahanan dan keamanan, advance material, maritim, kebencanaan, kebijakan serta sosial humaniora dengan Rencana Induk Riset Nasional (RIRN),” ujarnya, kemarin (3/1).

Pada program percepatan pemenuhan doktor, dikatakan Nasir, pihaknya menjaring calon doktor dengan program Indonesia Mencari Doktor (IMD). Sedikitnya ada 202 pendaftar pada program tersebut.

Menurut Nasir juga, program IMD diselenggarakan di 10 PT. ”Syarat yang wajib dipenuhi peserta misalnya pada semester VII memiliki IPK 3,5, secara otomatis mahasiswa masuk pada semester 1 program S2,” katanya.

Program percepatan doktor, lanjut Nasir, untuk pembenahan kompetensi lulusan PT agar terserap di dunia usaha. Apalagi tahun ini Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) diterapkan. ”Saat ini baru 60 persen lulusan PT terserap dunia usaha, pada 2016 ini akan kita tingkatkan,” ungkapnya.

Nasir juga mengungkapkan, pencapaian angka partisipasi kasar (APK) untuk pendidikan tinggi pada 2015 mencapai 34,42 persen. Capaian itu melebihi target yang dicanangkan sebesar 27 persen. ”Sebesar 75 persen lulusan memperolah IPK di atas 2,75 dan 60 persen terserap dunia usaha,” ujarnya. (nas/asp)

Tinggalkan Balasan