Bawa Gerobak Nasi Goreng, Buru Bumbu sampai ke Jayapura

Storytelling dalam FBF bakal berlangsung di luar ruangan. ”Di mana ada storytelling, kami ada di situ,” terang chef yang populer lewat program televisi Makan Besar tersebut.

Lalu, William Wongso bertugas menyupervisi tim yang bekerja di dapur FBF seluas 1.000 meter persegi. Mereka itulah yang bertanggung jawab menyajikan masakan Indonesia untuk 1.500 – 2.000 pengunjung setiap hari. Menu-menu yang dipilih awalnya adalah gado-gado, asinan Jakarta, rendang, nasi goreng, sayur kapau, dan dessert klappertaart.

Sayang, rendang, pemuncak daftar makanan terenak di dunia hasil sebuah survei yang dipublikasikan CNN, batal ditampilkan. Sebab, rendang membutuhkan proses memasak yang lama dengan bumbu yang kompleks.

Untuk membuat 200 kilogram rendang matang, misalnya, diperlukan 550 kilogram daging dan 2 ton santan serta puluhan kilogram cabai. Sebenarnya bisa didapat solusi apabila bumbu rendang dibawa dari Indonesia.

Namun, itu terkendala sertifikasi bahan makanan yang diminta pemerintah Jerman. Menyiapkan bumbunya on the spot di Jerman juga mustahil. Tenaga kerja manusianya terbatas. ”Siapa nanti yang bantu membersihkan biji cabai,” kata William.

Meski sudah diusahakan untuk mendapatkan alternatif bahan, pada akhirnya dengan terpaksa rendang tidak ikut disajikan di FBF 2015. Sebagai gantinya, tim menyiapkan ayam rica-rica yang lebih praktis proses memasaknya.

”Sayang sekali. Padahal, sejak tahun lalu kami sudah info ke supplier, tetapi tidak ada yang bisa memenuhi kuantitas dan kelengkapan sertifikasi,” ujarnya.

Selain para chef dan figur kuliner terpandang, delegasi Indonesia berisi generasi muda yang diwakili tiga pelajar jurusan tata boga dari SMKN 1 Kudus binaan Djarum Foundation. Mereka akan tampil dalam program food explorer, mempraktikkan cara membuat berbagai menu Indonesia kepada sekitar seribu pelajar berusia 12 – 18 tahun dari sekolah Jerman, Austria, Italia, dan negara Eropa lainnya.

Menu yang dipraktikkan adalah pepes ikan, kue lumpur, mi goreng, bakso, dan minuman kunyit asam. Tiga pelajar tersebut didampingi chef Petty Elliott, Putri Mumpuni, dan Astrid Enricka Dhita.

Ibarat kontingen olahraga, sang ”pembawa bendera” adalah chef Bara Pattiradjawane. Chef berdarah Ambon-Manado itu akan tampil demo memasak pada hari pertama (14/10). Dia menampilkan sajian dari Ambon, yaitu papeda, ikan kuah kuning, dan kohu-kohu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan