Bawa Gerobak Nasi Goreng, Buru Bumbu sampai ke Jayapura

”Dari situ, pemerintah yakin memberangkatkan delegasi yang cukup besar,” tutur Kesti.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membentuk Komite Nasional FBF 2015 yang terdiri atas enam komite. Selain yang dipimpin Kestity, lima lainnya adalah komite buku, komite desain, komite pameran dan pertunjukan, komite media dan hubungan luar, serta komite penerjemahan.

Tradisi FBF yang dalam bahasa Jerman disebut Frankfurter Buchmesse tersebut sudah terentang panjang, sekitar 500 tahun. Ada ribuan partisipan dari lebih dari 100 negara.

Pengunjung diperkirakan mencapai ratusan ribu orang. Tiap tahun dipilih satu negara sebagai tamu kehormatan. Tahun ini giliran Indonesia.

Rangkaian aktivitas delegasi kuliner untuk FBF tahun ini dikemas dalam slogan Spice It Up! Di dalamnya meliputi gourmet gallery tempat para chef menampilkan demo memasak dan kreasi sajiannya serta food explorer yang membuka kesempatan untuk belajar memasak makanan Indonesia. Juga, spice island yang menyajikan display rempah tradisional Indonesia dan beragam food experience lain.

Helianti Hilman, founder Javara yang bergerak di bidang pengembangan bahan pangan, juga akan menampilkan sesi instalasi bumbu Indonesia. Ada 62 jenis rempah tradisional yang dibawa. Masing-masing dalam jumlah bervariasi, mulai 200 gram hingga 5 kilogram.

Heli dan tim harus mengumpulkan rempah-rempah tersebut dari berbagai pelosok Indonesia sejak setahun lalu. Itu bukan pekerjaan mudah karena mereka memperhatikan masa panen. Sebab, tidak semua bahan tersedia sepanjang tahun.

”Banyak yang sudah ditinggalkan. Padahal, itu daya pembeda Indonesia di mata internasional. Kita coba munculkan lagi,” tuturnya.

Contohnya, krangean, mesoyi, dan pulosari yang bahkan bagi kebanyakan orang Indonesia juga masih terdengar asing. ”Mesoyi didapatkan di Jayapura, pulosari dari kawasan Gunung Kerinci,” ujar Heli.

Selain itu, ada kemukus dan cabai jamu yang tak kalah ”langka”. Heli juga membawa beras pelangi yang merupakan produk khasnya. Ada beras pelangi bunga telang, kayu secang, pandan suji, kunyit, dan ubi ungu.

Nanti penyajian rempah khas Indonesia ini ditampilkan dalam wadah lesung panjang dilengkapi dengan penjelasan masing-masing, sejarah, dan keunikannya.

Selama di Frankfurt nanti, tim gerobak yang dikomandani Ragil tidak berdiam di satu tempat saja. Mereka berpindah setiap hari, bersinergi dengan kegiatan storytelling dari komisi buku.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan