Setubuhi Santri Usai Magrib

[tie_list type=”minus”]Korban Oknum Ustad Hingga 14 Murid[/tie_list]

SUMUR BANDUNG – Entah setan apa yang merasuki ZM, 43, hingga berani mencabuli anak di bawah umur. Berstatuskan guru ngaji tidak membuat dirinya serta merta suci dari perbuatan tak senonoh.

Bahkan, tersangka sudah melakukan aksinya itu sejak Juli 2014 lalu. Tak tanggung, korban aksi bejatnya itu diduga sebanyak 14 orang. ”Semuanya merupakan anak didik tersangka dan korban masih di bawah umur. Baru satu orang yang melaporkan ke polisi, 13 korban lainnya masih kita periksa,” ujar Kapolrestabes Bandung Komisaris Besar Angesta Romano Yoyol yang didampingi Kepala Satuan Reserse Kriminal Ajun Komisaris Besar Mokhamad Ngajib di Mapolrestabes Bandung, kemarin.

Yoyol menuturkan, tersangka melakukan aksinya itu, setelah mengajar ngaji. Dengan dalih menyuruh salah seorang korban FA membeli air mineral. Nah, saat itulah dia bersiap melancarkan aksi bejatnya. Setelah kembali dari membeli air, korban diminta naik ke lantai 2 dan masuk kamar.

”Saat di dalam kamar, pelaku menyuruh korban untuk memijat dirinya, lalu gantian tersangka memijat korban,” ungkapnya.

”Setelah itu, tersangka pun menjalankan aksinya dengan meraba-raba daerah sensitif korban, lalu pelaku menyetubuhi korban,” tutur Yoyol.

Untuk melancarkan aksinya, pelaku mengiming-imingi uang Rp 30.000 hingga Rp 100.000 kepada korban agar mau disetubuhi. Itu termasuk ancaman pada para korban agar tidak bercerita kepada siapapun.

Namun, sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga. Pribahasa tersebut juga berlaku pada ZM. Aksi bejat itu terbongkar setelah anak tirinya DD, 25, memergoki aksi tersangka yang sedang mencabuli salah satu korban di rumah kontrakannya, Kamis (1/10) silam. Pelaporan itu membuat warga sekitar naik pitam dan nyaris menghakimi yang bersangkutan.

Namun soal mengancam itu dibantah oleh pelaku. Menurut ZM, tidak ada pemaksaan kepada korban, semuanya mengalir begitu saja, tanpa ada paksaan. Bahkan dia mengaku, tidak selalu memberikan uang kepada anak-anak didiknya itu.

Hal itu memang logis. selama ini, sambungnya, dia tidak pernah meminta bayaran mengajar kepada santri-santrinya. ”Kalau suruh belanja saja, misalnya beli bala-bala. Kalau ada kembaliannya, suruh mereka simpan,” kilahnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan