Tuhan Ada di Rumah, Pasar, dan Sawah

[tie_list type=”minus”]Mereka yang Terlahir dengan Nama-Nama Tak Lazim (3)[/tie_list]

Ternyata, ada banyak Tuhan di Jember. Mereka tidak mau ganti nama karena tak pernah mengalami masalah.

RULLY EFENDI-RANGGA MAHARDHIKA-JOHN SOHIB, Jember

Tuhan, Kita Begitu Dekat. Kalau ada yang membacakan puisi karya Abdul Hadi W.M. itu di Jember sekarang, barangkali dia akan ditanya, Tuhan yang mana ya, Mas?

Nama Tak Lazim
F-RULLY EFENDI/RADAR JEMBER
PENSIUNAN: Tuhan (kiri) dan KTP yang menunjukkan namanya. Dia salah satu dari 11 orang bernama Tuhan sesuai data KPUD Jember.

Barangkali lho ya. Sebab, ternyata ada begitu banyak Tuhan di sana. KPU Jember yang melakukan verifikasi data untuk keperluan pemilihan kepala daerah (pilkada) menemukan sebelas Tuhan yang memiliki hak pilih. Dengan Tuhan sebanyak itu, bayangkan, siapa yang bakal berani main politik uang di sana?

Hehehe tentu saja yang dimaksud adalah orang-orang bernama Tuhan. Temuan di Jember tersebut berlipat-lipat banyaknya dari Tuhan di kabupaten tetangganya, Banyuwangi, yang belum lama berselang memicu kehebohan itu.

Seperti ditulis Jawa Pos Radar Jember (Group Bandung Ekspres), latar belakang para Tuhan tersebut beragam. Mereka rata-rata tak tahu persis alasan orang tua masing-masing memberi nama yang membelalakkan mata itu. Yang pasti, mereka yakin mengandung doa.

Yang pasti pula, mereka tuwuk (kenyang) nama mereka dijadikan bahan guyonan. Tentu saja penderitaan tersebut juga dialami orang-orang terdekat. Tuhan yang tinggal di Dusun Karanganyar, Desa Balung Lor, Kecamatan Balung, contohnya.

Dia menceritakan bagaimana Nurul, seorang anak perempuannya, pernah mengaku teman-temannya takut mengganggunya. ’’Jangan macam-macam sama Nurul, nanti dikutuk Tuhan,’’ ujarnya menirukan ledekan teman-teman si anak.

Kendati tak pernah tahu alasan orang tuanya, pria kelahiran 4 Juli 1945 tersebut sebenarnya tidak pernah merasa aneh dengan nama tersebut. Apalagi, dulu, semasa kecil, orang-orang di sekitarnya biasa menyebut Sang Maha Esa sebagai Pengeran. Bukan dengan sebutan Tuhan seperti saat ini.

Karena itu pula, pensiunan PT KAI Daop IX Jember tersebut tak pernah merasa terganggu setiap kali diledek. Apalagi, anak pertama di antara lima bersaudara pasangan (almarhum) Sidam dan (almarhumah) Tukirah itu punya dua adik laki-laki dengan nama mirip.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan