Solar Paling Murah Rp 6.200

JAKARTA – Pemerintah mempertimbangkan permintaan DPR agar harga BBM jenis solar kembali diturunkan. Meski menyatakan siap dengan keputusan apapun yang akan diambil pemerintah, Pertamina mengingatkan tentang batas rugi dalam menentukan harga baru nantinya.

’’Kalau di bawah Rp 6.200 (per liter), Pertamina akan rugi,’’ ungkap Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto, usai bertemu Presiden Jokowi, di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta Kamis (5/2).

Dia menambahkan, berbagai tantangan ke depan masih akan banyak dihadapi. Termasuk, pergerakan harga minyak internasional. Terakhir misalnya, kata dia, harga internasional untuk solar yang sempat rebound ke atas lagi. ’’Hal-hal seperti itu yang akan jadi perhatian, tapi apapun keputusan pemerintah, Pertamina siap,’’ tegasnya.

Ketika rapat bersama Menteri ESDM Sudirman Said, pada 3 Februari lalu, Komisi VII DPR kencang mendesak agar harga BBM jenis solar kembali diturunkan. Harga baru yang sempat dimunculkan kalangan parlemen saat itu, adalah menjadi Rp 6.000 per liter.

Saat ini, harga BBM jenis solar adalah Rp 6.400 per liter. Harga tersebut adalah ketetapan yang berlaku sejak 19 Januari 2015. Semula harganya berada di Rp 7.250 per liter. Harga minyak mentah dunia yangterus turun menjadi dasar keputusan saat itu.

Khusus untuk solar, pemerintah Jokowi-JK di awal-awal memerintah, sempat menaikkan harga solar hingga ada titik Rp 7.500 per liter.

Lebih lanjut, terkait fenomena penurunan harga minyak mentah dunia tersebut, Dwi mengakui, kalau ada potensi keuangan Pertamina ke depan yang juga bakal terkoreksi.

Namun, berapa nilainya, dia belum bisa memastikan. ’’Ya tentu saja bukan hanya Pertamina. Tapi, memang upstream-nya sedang terpukul, karena itu otomatis profitabilitas dari upstream (bisnis hulu) kena,’’ tutur Dwi.

Meski demikian, lanjut dia, sejumlah langkah perbaikan keuangan tetap akan ditempuh. Salah satunya, lewat aspek efisiensi di berbagai sektor yang akan makin digalakkan.

Pada periode Juni 2014 lalu, Pertamina membukukan laba perseroan sebesar 1,13 miliar dolar Amerika Serikat. Atau, sekitar Rp 13,82 triliun (kurs Rp 12.2015 per USD). Capaian tersebut turun 23,46 persen jika dibanding laba perseroan di Juni 2013, yang saat itu mencapai sekitar 1,48 miliar dolar Amerika Serikat.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan