JABAR EKSPRES – Pengembangan industri etanol masih menjadi polemik di masyrakat, terlebih setelah adanya kabar bahwa Menteri ESDM Bahlil Lahadalia wajibkan seluruh BBM mengandung etanol 10 persen.
Meski publik mengecam penggunaan etanol dalam bahan bakar, Ekonom Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Gunawan Benjamin justru menilai pengembangan industri etanol menguntungkan masyarakat.
Menurutnya, pengembangan industri etanol tidak hanya menguntungkan perusahaan besar, namun juga memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat.
Baca Juga:Swasembada Energi dan Terobosan Etanol, Langkah Menuju Kemandirian NasionalBP hingga Vivo Batal Beli BBM, Pertamina: Penggunaan Etanol Hal Lumrah!
“Ada loh masyarakat yang kembali bergairah untuk menanam tanaman-tanaman yang menghasilkan, atau yang bisa dijadikan etanol,” ujarnya, dikutip Rabu (12/11/2025).
Untuk itu, ia berharap pemerintah melibatkan petani maupun pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam pengembangan industri etanol.
Ia berharap, pengembangan industri etanol itu dapat memperluas ekonomi lokal, melalui stabilitas harga komoditas pertanian, terutama tebu, singkong, hingga jagung yang selama ini dinilai tak bernilai ekonomis tinggi.
Sementara itu, dia mengingatkan pemerintah untuk konsisten menjaga momentum transisi energi, terlebih peningkatan penggunaan etanol berpeluang besar menekan impor energi yang selama ini dianggap membebani fiskal.
“Jika etanol ditambah porsinya, maka kebutuhan impor energi kita itu akan berkurang. Ada alokasi anggaran yang bisa digunakan untuk hal yang lebih produktif lainnya,” katanya.
Senada dengan Gunawan, pakar kebijakan publik Universitas Sumatera Utara (USU) Fredick Broven Ekayanta mengingatkan pemerintah untuk dapat memberikan subsidi kepada masyarakat yang ingin memproduksi etanol, sehingga diharapkan berdampak terhadap potensi lonjakan ekonomi di akar rumput.
“Kondisi geografis kita itu sangat mendukung untuk produksi etanol kan, apalagi masyarakat kita banyak petani di sektor pertanian dan perkebunan. Kalau pemerintah kasih subsidi secara masif bagi mereka, bisa kan, karena sumber dayanya ada di kita,” ujar Fredick.
Baca Juga:Adanya Temuan Etanol Sekitar 3,5 Persen, Vivo dan BP Batal Beli BBM dari Pertamina Wacana Pertamina Soal Campur Etanol ke BBM, Ini Dampak Buat Kendaraan dan Lingkungan, Berbahaya?
Walaupun demikian, dia mengingatkan agar pemerintah menghindari dominasi kelompok bisnis besar dalam pengembangan industri etanol.
Pemerintah, kata dia, harus menjalankan kebijakan yang pro rakyat dan menghindari dominasi korporasi besar.
“Jangan kemudian pemainnya itu pengusaha besar lagi, apalagi kalau dikerjakan dengan logika bisnis yang menurut saya business as usual (aktivitas bisnis tanpa perubahan),” katanya.
