Dampak Kebijakan Gubernur Demul Larang Study Tour, Sopir Bus Pariwisata di Cimahi Terancam Gulung Tikar

Dampak Kebijakan Gubernur Demul Larang Study Tour, Sopir Bus Pariwisata di Cimahi Terancam Gulung Tikar
Sejumlah Armada Bus Pariwisaya di Salah Satu Terminal yang ada di Kota Cimahi. (Mong/Jabar Ekspres)
0 Komentar

JABAR EKSPRES — Larangan study tour oleh Penjabat Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (Demul), bukan hanya mengguncang jadwal perjalanan sekolah, tapi juga memukul telak para pekerja sektor pariwisata.

Di Kota Cimahi sendiri, sejumlah sopir bus pariwisata mulai kehilangan pendapatan, bahkan ada yang terancam gulung tikar.

Di sudut garasi PO Kaliptra Pesona Mandiri (KPM), Jalan HMS Mintaredja, Cimahi, seorang sopir tampak berbaring lesu di bagasi bus yang biasa ia kemudikan.

Baca Juga:Diduga Hilang Konsentrasi, Pemotor di Kabupaten Bogor Tabrak Penyebrang Jalan hingga Terpental 10 MeterKuasa Hukum PT BDS Tegaskan Dana Rp127 Miliar Tertahan Akibat Lambat Bayar, Murni Bisnis?

Muhammad Ridwan (45), warga Pangalengan, Kabupaten Bandung, mengaku baru sekali ‘narik’ dalam bulan itu, setelah sekian lama menanti orderan yang tak kunjung datang.

“Baru narik lagi tadi malam. Sekarang merosot, pengaruhnya besar banget (larangan study tour). Biasanya sebulan bisa 15-20 kali ke luar, sekarang paling bisa jalan 2-3 kali. Sepi,” ujar Ridwan saat ditemui awak media, Selasa (29/7/2025).

Penurunan jumlah perjalanan berarti penurunan penghasilan. Ridwan menghitung, dahulu saat kondisi normal, ia bisa membawa pulang antara Rp4,5 juta hingga Rp6 juta per bulan, dengan asumsi bayaran Rp300 ribu per hari untuk 15 hingga 20 hari kerja.

Namun kini, jumlah itu hanya tinggal cerita. Ia lebih banyak di rumah, tak jarang dimarahi istri karena tak bisa menyetor cukup uang. Empat anak butuh makan, sekolah, dan biaya hidup lain yang tidak ikut turun meskipun orderan kerja menghilang.

“Sekarang mah lebih banyak nganggur sama diam di rumah, dimarahin istri risikonya karena setoran berkurang drastis. Sedangkan kan kebutuhan enggak berkurang, malah naik. Saya anak 4,” ucapnya pelan.

Ridwan sudah lebih dari satu dekade bekerja sebagai sopir bus. Ia tak punya pekerjaan sampingan dan menggantungkan hidup sepenuhnya pada roda bus pariwisata. Kini, ia hanya bisa berharap Gubernur Demul memikirkan jalan keluar bagi nasib sopir seperti dirinya.

“Kebijakan ini merugikan pelaku pariwisata termasuk sopir dan sampai sekarang tidak ada solusinya. Kalau orderan sepi, otomatis pemasukan juga sepi. Sementara anak istri harus tetap dibiayain,” kata Ridwan.

Baca Juga:Gubernur Demul Larang Kegiatan di Luar Sekolah, Ini Strategi SMK Pasundan Agar Hak Siswa Tak DibatasiPelepasan Mahasiswa KKN Unigal, Dewan Pembina Tekankan Pentingnya Komunikasi Efektif

Hal serupa juga disampaikan Alex Firmansyah (24), perwakilan PO Kaliptra Pesona Mandiri. Ia tak menampik bahwa sejak larangan study tour diberlakukan, banyak kru bus, sopir maupun kernet, lebih sering diam di rumah.

0 Komentar