JABAR EKSPRES – Mencintai budaya sendiri merupakan kewajiban. Sikap ini sebagai wujud rasa syukur dan menhormati keberadaan leluhur.
Budayawan Sunda dan Ketua Umum Paguyuban Sundawani Wirabuana Budayawan Sunda Robby Maulana Zulkarnaen mengatakan, dalam filosofi budaya Sunda, ada sikap yang menyatakan, bumi tempat berpijak harus ingat kepada jati diri.
‘’Ini membentuk kita menjadi siapa hari in,’’ ujar Robby dalam keterangannya, dikutip, Minggu, (06/07/2025).
Baca Juga:Pramuka Kwarcab Kota Bandung Kunjungi Camp di Bupa Karang Kitri BekasiPenetapan Tersangka Miliki Alat Bukti Lemah, Kuasa Hukum Siapkan Praperadilan
Menurutnya, bangsa besar selalu dimulai dari rakyat yang mencintai budaya. Tetapi cinta itu, bila melampaui batas, bisa berubah menjadi racun.
Budaya bisa menjadi chauvinisme. Cinta buta. Menutup mata pada nilai lain. Kemudian menolak untuk melihat bahwa budaya dan keyakinan sejatinya berbeda, namun bisa hidup berdampingan.
Polemik pergantian nama Rumah Sakit Al-Ihsan menjadi Rumah Sakit Welas Asih adalah contoh nyata ketika cinta budaya kehilangan arah.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dengan dalih nyundakeun Jawa Barat, menggulirkan keputusan ini tanpa menyisakan ruang untuk bertanya: sudahkah ini benar-benar membawa kebaikan?
Nama Al-Ihsan bukan sekadar rangkaian huruf Arab. Nama itu sudah berurat-akar dalam masyarakat sebagai simbol nilai Islam yang juga telah lama menjadi nafas warga Sunda.
Mengangkat budaya Sunda tidak berarti harus menafikan nilai-nilai Islam. Seperti halnya masyarakat Sunda itu sendiri yang sudah sejak ratusan tahun lalu menerima Islam tanpa kehilangan identitas.
Alasan lain yang mencuat adalah karena salah satu pendiri Al-Ihsan pernah terjerat kasus korupsi dan telah menjalani hukuman.
Baca Juga:Sekda Jabar jadi Korban Gaya Kepemimpinan KDMPemkot Bandung Luncurkan Program Bebas Nyamuk dan Edukasi DBD
Namun, jika itu menjadi tolok ukur, berapa banyak nama lembaga yang harus kita ganti hanya karena orang-orang di dalamnya pernah berbuat salah?
‘’Yang lebih menggelitik, ada nada sinis pada istilah-istilah asing yang dianggap mencederai identitas Sunda,’’ ujarnya.
Jika ditelisik istilah nama gubernur bukan berasal Sunda tapi dari bahasa Latin yang diserap ke dalam Belanda.
‘’Kan kita juga terima tanpa keberatan, sikap ini menjadi pertanyaan, mengapa sebagian istilah asing diterima, sementara yang lain dijauhi,’’ cetus Robby.
Saat ini pergantian nama sudah disahkan dengan Surat Keputusan, bahkan dr. H. Deni Darmawan, MARS menjadi Direktur baru. Dimana sebelumnnya menjabat Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta.