JABAR EKSPRES – Kota Cimahi sempat mengalami status darurat sampah akibat keterbatasan pengelolaan dan ketergantungan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) milik pihak lain.
Namun di balik kondisi tersebut, Ketua Perkumpulan Pengelola Sampah dan Bank Sampah Nusantara (Perbanusa) Kota Cimahi, Wahyu Dharmawan, menilai Cimahi layak diapresiasi karena volume produksi sampah warganya masih di bawah rata-rata nasional.
“Terlepas dari masalah yang ada, kita harus apresiasi Kota Cimahi, bahwa rata-rata volume sampah harian yang dihasilkan per jiwa di Cimahi cukup rendah daripada rata-rata angka nasional,” ujar Wahyu saat dikonfirmasi Jabar Ekapres, Sabtu (24/5/25).
Baca Juga:Diduga Terlibat dalam Kasus Korupsi Kebun Binatang Bandung, Mantan Sekda Resmi Ditahan Kejati JabarAntisipasi Kepadatan Saat Konvoi Persib, Ini Sejumlah Ruas Jalan yang Diperketat oleh Polrestabes Bandung!
Meski begitu, Wahyu menegaskan bahwa kondisi darurat sampah merupakan keniscayaan yang bisa terulang kapan saja, khususnya jika suatu daerah tidak memiliki TPA sendiri.
Menurut Wahyu, dalam kondisi tersebut, 20 persen sisanya akan terdorong untuk mengikuti kelompok mayoritas yang sudah sadar, mampu, dan terampil dalam menangani sampah.
Ia menyebut proses ini sebagai tahap kedewasaan dalam pengelolaan sampah yang perlu ditopang dengan peningkatan kapasitas masyarakat melalui proses “MATAMAMA” (Mau, Tahu, Mampu, Mahir) .
“Situasi Kota Cimahi saat ini masih lebih banyak orang yang tidak mau tahu, tidak tahu, dan tidak mau melakukan pengolahan sampah. Tugas semua sumber daya manusia di Cimahi adalah menggeser mereka menjadi kelompok terbesar yang mampu dan mahir,” tegasnya.