JABAR EKSPRES – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ciamis melalui Dinas Pariwisata resmi akan segera membuka Rest Area Karangkamulyan, yang terintegrasi dengan Situs Ciung Wanara di Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing. Fasilitas baru ini diharapkan menjadi magnet wisata sekaligus penggerak ekonomi berbasis masyarakat, dengan target meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Ciamis, Budi Kurnia, menjelaskan bahwa rest area seluas 1,5 hektare ini telah dilengkapi sejumlah fasilitas publik yang siap digunakan. “Lahan parkir yang luas, baik untuk roda dua maupun empat, menjadi prioritas kami agar pengunjung merasa nyaman sejak tiba,” ujarnya.
Selain area parkir, rest area ini menawarkan 25 lapak pedagang UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) yang telah disiapkan untuk menjajakan kuliner dan kerajinan khas Ciamis. Terdapat pula tiga lapak khusus dinas terkait untuk mempromosikan produk unggulan daerah, seperti galendo (olahan kelapa), batik Ciamis, dan dodol mangga. “Ini bukan sekadar tempat istirahat, tapi juga ruang edukasi bagi wisatawan untuk mengenal kekayaan lokal,” tambah Budi.
Pembangunan Rest Area Karangkamulyan sejalan dengan instruksi Bupati Ciamis Herdiat Sunarya, yang menekankan agar setiap dinas tidak hanya fokus pada pengeluaran anggaran, tetapi juga harus mampu menciptakan sumber pemasukan daerah. Budi memaparkan, PAD akan diperoleh dari retribusi tiket masuk dan iuran bulanan Rp300.000 per lapak pedagang. “Dengan rata-rata 500 pengunjung per hari, kami proyeksikan PAD dari rest area ini bisa mencapai Rp900 juta per tahun,” jelasnya.
Rest Area Karangkamulyan sengaja dibangun di lingkungan Situs Ciung Wanara, situs purbakala peninggalan Kerajaan Galuh yang dipercaya sebagai tempat pelarian Prabu Ciung Wanara. Selama ini, situs seluas 25 hektare tersebut telah menjadi destinasi favorit untuk wisata sejarah dan alam, dengan rata-rata kunjungan 1.200 orang per pekan.
Budi menegaskan, pembangunan rest area tidak merusak keaslian situs. “Kami bekerja sama dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) untuk memastikan konstruksi tidak mengganggu area inti situs. Rest area justru akan menjadi gerbang masuk yang lebih tertata,” tegasnya.
Selain itu, kehadiran rest area diharapkan memicu geliat ekonomi warga sekitar. Rendi (32), salah satu pemuda Cijeungjing, menyambut antusias pembukaan ini. “Saya sering ke Situs Ciung Wanara karena suasana sejuk dan bernilai sejarah. Dengan adanya rest area, pasti lebih banyak wisatawan datang. Ini peluang besar untuk warga berjualan,” ucapnya penuh harap. (CEP)