JABAR EKSPRES – Sejumlah warung kelontong di Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengaku belum mengetahui rencana pemerintah yang melarang pengecer menjual LPG 3 Kg per tanggal 1 Februari 2025.
Ati, pemilik warung di Desa Kertajaya, Kecamatan Padalarang mengatakan, dirinya belum mendapatkan sosialisasi baik dari agen maupun pemerintah daerah terkait rencana itu.
“Belum tau, saya juga masih bisa menyetok gas langsung dari agen di Padalarang,” kata Ati saat ditemui wartawan, Senin (3/2/2025).
Menurutnya, hingga saat ini stok gas miliknya masih aman dan bisa dijual ke masyarakat.
“Enggak bilang apa-apa, saya ngambil gas di agen kemarin hari Minggu,” katanya.
Senada dengan Ati, Santi, pemilik toko kelontong di Jalan Raya Purabaya, Kecamatan Padalarang, mengaku masih normal menjual gas LPG 3 Kg.
Hari ini saja, lanjut dia, 13 tabung gas ludes dibeli masyarakat. Soal aturan toko kelontong tak boleh menjual gas LPG 3 kilogram. Santi menyebut belum mengetahuinya.
BACA JUGA: LPG 3 Kg Langka di Kabupaten Bogor, Emak-emak Susah Masak
“Stok gas hanya 15 tabung, hari ini udah habis terjual 13 tabung. Saya baru tau soalnya belum dikasih tau sama agen soal larangan itu,” katanya.
Sekedar diketahui, Kementerian ESDM mengharuskan pengecer beralih menjadi pangkalan resmi untuk bisa mendapatkan stok gas melon untuk dijual. Caranya, dengan mendaftarkan nomor induk perusahaan ke PT Pertamina.
Pengecer yang belum memiliki nomor induk berusaha bisa membuatnya melalui Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (Online Single Submission/OSS).
Terkait hal ini, Santi tak tertarik. Sebab, ia hanya pedagang toko kelontong kecil yang tidak membeli banyak ke pangkalan.
“Enggak niat kesana. kalau pun enggak boleh nggak apa-apa, jual gas cuma buat tambah-tambah penghasilan aja,” paparnya.
Sementara itu, Syarif (50) pemilik pangkalan gas LPG 3 kilogram di Jalan Raya Panaris Padalarang mengaku tak begitu sepakat dengan kebijakan pemerintah. Sebab, kondisi ini akan mempersulit agen dan pangkalan.
“Menurut saya kebijakan ini bikin ribet. Bagi masyarakat gas jadi sulit, sedangkan bagi kita pangkalan jadi pusing kerena tiap hari harus jual satu-satu sampai antre. Mending lakukan pemerataan agen dan pangkalan agar masyarakat mudah akses. Bagi kita jadi lebih mudah karena gak terkonsentrasi ke sini,” katanya.