“Saat ini elektabilitas Partai Gerindra hanya terpaut tiga persen dari PDI Perjuangan. Jika mayoritas publik memilih Prabowo sebagai presiden pada Pemilu 2024 nanti, dapat dipastikan Prabowo akan melahirkan “efek ekor jas” yang mendongkrak tingkat keterpilihan Partai Gerindra. Pada saat yang sama ketika calon yang diusung PDI Perjuangan (Ganjar-Mahfud) terpuruk maka potensi untuk mendegradasi tingkat keterpilihan PDI Perjuangan sangat besar,” cetus Gema.

Sementara itu, Gema menuturkan, Partai Golkar meskipun lagi-lagi gagal mengusung kadernya menjadi capres atau cawapres, masih berpeluang mempertahankan posisinya di peringkat ketiga. Saat ini elektabilitas Partai Golkar sebesar 10,1%, diikuti oleh PartaiNasDem (8,5%) dan Partai Demokrat (8,4%). Sedangkan PKB dengan elektabilitas 7,9% memimpin partai-partai menengah seperti PKS (7,4%) dan PAN (4,3%).

“Berdasarkan survei LSN kali ini, partai-partai non-parlemen yang berpotensi tembus parliamentary threshold 4% sekaligus lolos ke Senayan hanyalah Partai Perindo dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Namun pasca bergabung dalam koalisi pengusung Ganjar-Mahfud yang dimotori PDI Perjuangan elektabilitas Partai Perindo cenderung terus menyusut. Jika tak kreatif mencari jalan keluar, Partai Perindo berpotensi gagal mewujudkan impiannya menembus Senayan,” rincinya.

Untuk partai-partai baru dan partai non-parlemen lainnya hingga survei LSN November 2023 ini belum terdeteksi memperlihatkan geliat elektabilitas. Kecuali Partai Gelora, hampir semua partai baru dan partai non-parlemen masih sulit menembus satu persen, bukan hanya di survei LSN namun juga hampir di semua survei berbagai lembaga riset.