Ribuan Hektare Lahan Pertanian Dilanda Kekeringan, DPKP Sebut Tidak Alami Gagal Panen

JABAR EKSPRES – Sebanyak 21 ribu hektare lahan pertanian di sejumlah kecamatan wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB), mengalami kekeringan imbas dari perubahan pola cuaca akibat El Nino.

Berdasarkan laporan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Bandung Barat, dari total luas lahan pertanian sawah yang mengalami kekeringan paling banyak di Kecamatan Cipeundeuy dengan luas 11 ribu hektare.

“Cipeundeuy paling banyak, Cipatat 3 hektare, Padalarang 1 hektare, Cililin 1 hektare, dan Gununghalu 5 hektare,” kata Kepala dinas DPKP Bandung Barat, Lukmanul Hakim saat dihubungi, Minggu (8/10/2023).

BACA JUGA: Siap-siap! Bantuan Beras akan Disalurkan pada 4,1 Juta Keluarga Penerima Manfaat di Jabar

Ia mengatakan, pada Juni dan Juli 2023 belum ada laporan lahan pertanian mengalami kekeringan. Pada Agustus, kata dia, mulai ada laporan lahan pertanian mengalami kekeringan kategori ringan.

Laporannya dari Kecamatan Gununghalu, dengan luas sekitar lima hektare. Lahan pertanian yang kekeringan itu disebut tersebar di Desa Cilangari sekitar dua hektare dan di Desa Sirnajaya tiga hektare.

“Kekeringan kategori berat tidak terjadi di Kabupaten Bandung Barat, masih masuk dalam kategori ringan,” katanya.

Menurutnya, meski sejumlah kecamatan mengalami kekeringan, namun sehauh ini belum ada yang mengalami puso atau gagal panen. Hal itu berdasarkan catatan dari bulan Juni hingga September 2023.

“Paling dinilai rawan terdampak kekeringan itu kurang lebih 1.299 hektare yang tersebar di enam kecamatan,” jelasnya.

BACA JUGA: Atasi Krisis Air, Pemda Bandung Barat Akan Sediakan 180 Toren

Ia menilai, dampak yang ditimbulkan musim kemarau disertai fenomena El Nino bagi pertanian yakni, luas tanam berkurang, produksi berkurang terutama padi, serta harga beras menjadi mahal.

Guna mengantisipasi gagal panen, lanjut dia, pihaknya melakukan pemetaan dan pendataan potensi wilayah yang mungkin terdampak eksisting prasarana dan sarana pompa air sebanyak 187 unit.

“Penanganan yang kita lakukan yaitu pemetaan, hingga optimalisasi sarpras dan percepatan tanam gernas,” tandasnya (Mg5).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan