Alasan Pemerintahan Mesir Terapkan Larangan Cadar di Sekolah

JABAR EKSPRES- Keputusan untuk melarang siswa di Mesir mengenakan niqab telah menimbulkan keraguan dan penolakan dari banyak orang tua dan guru. Kementerian Pendidikan Mesir mengumumkan kebijakan seragam sekolah terpadu pada Senin (11/9/2023) yang mewajibkan semua siswa mengenakan pakaian seragam dengan warna berbeda-beda di setiap distrik sekolah.

Sesuai dengan peraturan, anak perempuan tidak diizinkan mengenakan niqab di dalam kelas karena cadar menutupi wajah mereka. Mereka diperbolehkan mengenakan jilbab, yang tidak menutupi wajah, tetapi harus memenuhi persyaratan tertentu.

Alasan utama di balik larangan niqab adalah untuk menjaga keamanan di dalam sekolah, mengingat potensi orang luar yang dapat memasuki sekolah dengan menyamar menggunakan niqab.

Namun, keputusan ini mendapat penolakan dari beberapa orang tua yang melihat penggunaan niqab sebagai pilihan agama dan bukan tindakan yang harus diatur oleh sekolah.

BACA JUGA : Tiga Negara Baltik Larang Kendaraan Berplat Rusia Masuk ke Negaranya!

Beberapa orang tua bahkan menyatakan bahwa jika aturan ini diterapkan, mereka akan memilih untuk tidak mendaftarkan anak mereka di sekolah. Hal ini terutama berlaku untuk siswa sekolah menengah, yang cenderung mengikuti kursus privat dan hanya datang ke sekolah untuk mengikuti ujian, bukan untuk pembelajaran sehari-hari.

Di Mesir, siswa sekolah menengah umumnya mengandalkan pusat bimbingan belajar swasta untuk mempersiapkan ujian nasional karena sekolah negeri memiliki keterbatasan dana dan sumber daya.

Beberapa kepala sekolah memahami bahwa keputusan ini mungkin akan menuai penolakan dari orang tua. Mereka mencatat bahwa orang tua cenderung lebih memperhatikan pendidikan anak laki-laki dibandingkan anak perempuan, terutama dalam keluarga dengan kondisi ekonomi yang sulit.

Beberapa orang tua bahkan mungkin lebih memilih untuk tidak mengirimkan anak perempuan mereka ke sekolah jika mereka khawatir akan terjadi masalah atau reputasi keluarga terganggu.

Beberapa orang skeptis terhadap apakah kebijakan ini akan benar-benar diterapkan. Mereka menunjuk pada aturan berpakaian untuk universitas negeri yang diperkenalkan tahun lalu, yang sebagian besar diabaikan oleh pegawai universitas.

Beberapa juga menilai bahwa administrasi sekolah mungkin tidak akan mampu menangani penolakan orang tua terhadap keputusan ini. Beberapa keluarga mungkin bahkan lebih memilih untuk menarik putri mereka dari sekolah daripada mengorbankan keyakinan agama mereka.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan