JABAR EKSPRES- Persib Bandung akhirnya resmi memenangkan lelang serta bisa kelola Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) selama 30 tahun ke depan. Proses panjang ini akhirnya bisa dimenangkan oleh PT PBB atau PT Persib Bandung Bermartabat dan sini pihak Persib sedang menunggu proses penandatanganan Kerja Sama Pengelola (KSP) Stadion GBLA dengan Pemerintah Kota Bandung.
Persib memang sudah lama ingin mengelola GBLA apalagi Maung Bandung kini sudah tidak bisa lagi menggunakan Stadion Si Jalak Harupat serta Stadion legendaris yaitu Stadion Siliwangi.
“Saat ini, kami masih menunggu agenda penandatanganan KSP Stadion GBLA karena masih ada beberapa proses yang tengah dilakukan pihak Pemkot Bandung,” kata Deputy CEO PT PERSIB Bandung Bermartabat Teddy Tjahjono melalui siaran pers dikutip, Rabu (5/7/2023).
BACA JUGA: PKB Semprot JIS Tidak Standar FIFA, JakPro Targetkan Renovasi 3 Bulan
Beberapa langkah PT PBB selanjutnya jika proses ini sudah rampung adalah ingin segera memperbaiki fasilitas Stadion GBLA yang dinilai kurang baik dalam hal kebersihan seperti WC atau toilet yang tidak bersih.
Beberapa Bobotoh yang sempat menyaksikan Persib berlaga di GBLA mengeluhkan jika toilet sangat tidak layak sehingga harus segera dilakukan renovasi.
Pembangunan Training Ground
Persib juga berencana ingin membangun training ground jika sudah kelola GBLA 100% artinya Maung Bandung bisa membangun kompleks latihan untuk skuad Maung Bandung yang selama ini selalu tertunda.
Nantinya juga akan ada museum Persib di sekitaran GBLA untuk para Bobotoh yang ingin melihat sejarah Pangeran Biru.
BACA JUGA: Padahal Rumput JIS Seperti di Stadion Bayern Munchen, Kok Bisa Dicap Tidak Standar FIFA? Ini Menurut Ahli
Sementara itu Plh Wali Kota Bandung Ema Sumarna mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan informasi bahwa PT PBB yang menaungi klub Persib Bandung menjadi pemenang lelang pengelolaan stadion bertaraf internasional itu.
“Pemenangnya ya sudah, PT (PBB) itu tadi tadi, itu kan pernah lelang 2 kali ternyata ya menang ya sudah. Saya kalau sudah sesuai regulasi yang penting tidak ada subjektivitas, ya itu yang harus kami hargai,” kata Ema di Bandung, Rabu (5/7).