JABAR EKSPRES – Pada Rabu (28/6), Menteri Luar Negeri Turki dengan tegas mengutuk pembakaran beberapa halaman Al Quran yang terjadi di Swedia. Ia menyebut aksi tersebut sebagai perilaku keji dan tercela.
Peristiwa ini terjadi di luar masjid utama Stockholm, bertepatan dengan perayaan hari raya Iduladha. Aksi pembakaran Al Quran ini dilakukan setelah pihak kepolisian Swedia memberikan izin untuk protes.
Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, menyampaikan ketidakpuasannya terhadap tindakan yang merendahkan nilai suci Al Quran tersebut melalui akun Twitternya. Ia mengecam aksi tersebut dan menegaskan bahwa tindakan anti-Islam semacam ini tidak dapat diterima dengan alasan kebebasan berekspresi.
Fidan menambahkan bahwa mengabaikan tindakan mengerikan seperti ini berarti turut terlibat dalam perbuatan tersebut.
Melansir dari berbagai sumber kejadian ini berawal dari permohonan Salwan Momika, seorang pengungsi dari Irak yang tinggal di Swedia, kepada polisi untuk membakar kitab suci umat Islam tersebut. Momika menganggap aksinya sebagai bentuk pengungkapan pendapat terkait Al Quran.
Sebelum melakukan aksinya, Momika menyampaikan kepada media bahwa ia ingin menyoroti pentingnya kebebasan berbicara.
Baca Juga: Presiden Amerika Serikat, Biden Ucapkan Selamat Idul Adha Kepada Umat Muslim di Dunia
Dalam aksinya, Momika menginjak-injak Al Quran, meletakkan potongan daging asap di dalamnya, membakar beberapa halaman, kemudian membantingnya hingga tertutup, dan menendangnya sambil melambai-lambaikan bendera Swedia.
Kejadian ini juga terjadi setelah pengadilan Swedia membatalkan larangan pembakaran Al Quran yang sebelumnya ditetapkan oleh kepolisian setelah insiden serupa di Stockholm pada bulan Januari.
Hakim Eva-Lotta Hedin menjelaskan bahwa keputusan larangan tersebut tidak memiliki dukungan yang cukup dari otoritas kepolisian. Meskipun polisi Swedia melarang pembakaran Al Quran karena kekhawatiran akan masalah keamanan.
Pembakaran kitab suci umat Islam di luar kedutaan Turki pada bulan Januari sebelumnya telah memicu protes yang berlangsung selama beberapa minggu. Hal ini juga menyebabkan seruan untuk memboikot produk Swedia dan bahkan mempertanyakan keanggotaan Swedia di NATO.
Tindakan serupa di masa lalu telah memicu protes keras dan kemarahan di seluruh dunia Muslim. Turki juga merasa tersinggung karena pihak kepolisian Swedia mengizinkan demonstrasi semacam itu pada bulan Januari.