Bandung Turunkan Angka Stunting

BANDUNG – Anak dengan kondisi kekurangan gizi atau stunting masih banyak di Kota Bandung. Kondisi ini ironis di tengah akses kesehatan dan makanan gizi yang mudah serta terjangkau.

Pemkot Bandung sendiri terus berupaya melakukan penurunan angka stunting. Pelaksana Harian (Plh) Wali Kota Bandung, Ema Sumarna menyebut, ada 6.326 anak di Kota Bandung dengan kondisi stunting. Jumlah tersebut mengalami penurunan, meski begitu tengkes atau stunting menjadi persoalan.

“Saya dapat data, stunting di Kota Bandung saat ini sebanyak 5.548 anak. Minimal target nasional 14 persen sudah tercapai,” kata Ema, Senin 5 Juni 2023.

Untuk mencapai target angka 14 persen rendah stunting secara nasional itu, kata Ema, bukan hanya menjadi persoalan pemerintah, namun juga komitmen orang tua.

“Harus ada komitmen dari diri sendiri untuk menggunakan dana ini dengan benar sesuai peruntukannya yakni penambahan asupan gizi untuk anak,” jelasnya.

Sementara itu, Sub Koordinator Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Dewi Primasari mengatakan, prevelensi anak pengidap tengkes di Kota Bandung mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Berdasarkan data yang ada di Dinkes Kota Bandung, Agustus tahun 2022 berada di angka 6,43 persen. Sementara berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) oleh Kementerian Kesehatan Indonesia itu berada di angka 19,4 persen.

“Untuk tahun 2023 kita belum  pengukuran lagi, karena biasanya di Agustus, dan Kemenkes juga belum ada info,” ungkap Dewi saat ditemui di kantornya, Selasa 6 Juni 2023.

Permasalahan stunting di Kota Bandung sendiri kata Dewi, disebabkan oleh pola asuh orang tua dan lingkungan. “Sudah beberapa penelitian banyak yang melakukan survei, ternyata penyebabnya adalah pola asuh dan sanitasi,” jelas Dewi.

 

Teori Penurunan Angka Stunting

 

Kedua faktor baik itu lingkungan dan sosial ekonomi yang menjadi pendorong pola asuh  menjadi hal yang berat. Oleh sebab itu, perlu edukasi terutama pola asuh orang tua dan juga peran semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD), namun permasalahan ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja.

“Bukan karena kurang makan, tapi bisa faktor lingkungan, karena lingkungannya jelek, sanitasinya kurang bagus, ventilasinya kurang, jadi anaknya gampang sakit,” tutur Dewi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan