Kembalikan Kejayaan Sarung Majalaya, Kemenkraf Ingin UMKM Daerah Bangkit 

Di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung memang banyak terdapat pabrik tekstile. Dulu masyarakat mengambil sisa-sisa kain dan benang yang berasal dari pabrik untuk di buat sarung.

Agni Ilman Darmawan, Kabupaten Bandung

Sampai pada akhirnya industri rumahan sarung di Kecamatan Majalaya semakin berkembang dan mecapai masa kejayaannya pada era tahun sejak zaman kolonial Belanda.

Jumlah pengrajin sarung Majalaya pada waktu itu mencapai ribuan. Hampir di tiap desa ada industri rumahan membuat sarung dengan cara ditenun.

Seiring dengan berjalannya waktu, para pemodal besar akhirnya membeli mesin-mesin modern untuk membuat sarung.

Pesaingan pun menjadi tidak sehat. Para pengrajin tenun sedikit dem sedikit akhirnya gulung tikar.

Sampai saat ini industri sarung tenun Majalaya jumlahnya semakin berkurang. Hanya tinggal puluhan saja. Selebihnya bangkrut.

Melihat kondisi ini, Kementerian Pariwisata Ekonomi dan Kreatif (Kemenparekraf) berencana ingin mengembalikan kerajinan sarung tenun Majalaya yang tersohor di seantero nusantara itu.

Direktur Event Nasional dan Internasional Dessy Ruhati mengatakan, Festival Sarung Majalaya menjadi salah satu event menjadi skala internasional.

Menurutnya, Majalaya sudah sejak jaman Belanda sudah terkenal dengan kerajinan tenun sarung. Bahkan sampai sekarang masih ada yang bertahan.

Festival sarung majalaya ini menjadi salah satu event daerah secara tematik. Sehingga jadi pemicu untuk bangkitnya industri Sarung di daerah lainnya.

Sarung sendiri sudah menjadi pakain khas Nasional.  Bahkan di Hari Santri banyak yang menggunakan sarung. Hal ini bisa meningkatkan tradisi agar tetap terjaga.

Dessy menyebut jika pihaknya sangat mendukung dalam kegiatan festival sarung ini. Terlebih dalam produksi sarung majalaya ini bersifat sustainable dalam kelestarian lingkungan.

“Kami mendukung untuk terus dikembangkan terutama di dalam produksi sarung ini harus bersifat sustainable di dalam kelestarian lingkungannya dan ini akan kita jadikan bagian sustainable tourism,” sebutnya.

Selain produksi, Dessy pun meminta agar motif-motif kuno sarung majalaya kembali dikembangkan baik itu dengan sebuah lomba ataupun lainnya.

“Barangkali nanti dengan komunitas akan dibuat sebuah lomba bagaimana motif kuno ini dimunculkan kembali,” kata Dessy

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan