BALI – AgenBRILink memberikan Akses layanan keuangan telah menjadi prioritas untuk memudahkan transaksi bagi masyarakat secara luas.
Hal ini bertujuan membangun pemahaman, kepercayaan, dan dukungan kepada transformasi BUMN serta mendorong peranan BUMN dalam pemulihan dan pertumbuhan ekonomi global.
Khususnya di Indonesia, akses layanan keuangan kerap terganjal oleh kondisi geografis yang menantang sehingga masyarakat tidak dapat menikmati layanan bank dengan mudah.
Melihat kondisi ini, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI konsisten mengikis keterbatasan akses layanan keuangan agar lebih terjangkau masyarakat.
Layanan branchless banking ini menjadi andalan masyarakat untuk bertransaksi. Dapat dilihat dari volume transaksi AgenBRILink pada periode Januari-Agustus 2022 yang telah mencapai Rp855 triliun.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan AgenBRILink menjadi wujud nyata inisiatif BRI dalam menghadirkan layanan yang dekat dengan masyarakat.
“Kehadiran AgenBRILink selaras dengan isu prioritas Presidensi G20 untuk mempercepat peningkatan inklusi keuangan. Upaya BRI ditunjukkan salah satunya melalui layanan keuangan di daerah-daerah 3T (Terdepan, Terpencil, Tertinggal),” jelas Sunarso.
AgenBRILink telah membantu masyarakat untuk memproses 709 juta transaksi atau meningkat 106% year on year (YoY) pada periode Januari-Agustus 2022.
Di sisi lain, AgenBRILink juga memberikan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Sharing economy atau fee yang diterima AgenBRILink di seluruh Indonesia pada periode Januari-Agustus 2022 diestimasikan mencapai Rp.1,8 triliun – Rp.2,7 triliun.
Strategi ke Depan
Agen Laku Pandai milik BRI ini juga menjadi salah satu sumber pertumbuhan bisnis BRI yang menunjukan kinerja impresif.
BRI berhasil mengumpulkan dana murah (CASA) lewat AgenBRILink sebesar Rp 18,95 triliun hingga Agustus 2022 atau tumbuh 112% YoY.
Lebih lanjut, Sunarso menyebut bahwa perseroan telah menyiapkan strategi dalam menumbuhkembangkan kinerja ke depan.
Hal tersebut tertuang dalam strategi BRILink 2.0 dengan peningkatan fokus pada aspek produktivitas melalui pemberdayaan komunitas agen.
‘’Ini akan mendorong agen tidak hanya sebagai toko semata tetapi juga logistik dan remitansi, serta menjadikan pendukung integrasi Ultra Mikro serta mendorong cross selling produk,’’ pungkasnya. (***)