Harapan Kanjuruhan

 

elang cameria

Ada baiknya meniru NFL di Amerika, utk mengurangi ketegangan atau apa di akhir prtandingan biasanya panpel memutar lagu dan semua satu stadion ikut nyanyi gembira, mungkin disini bisa diputarkan dangdut koplo ya, “ojo dibandingke “misalnya.

 

Er Gham

Untuk menumbuhkan empati kepada keluarga para korban, ada cara cepat. Pengurus PSSI, panpel, PT LIB, para petugas dapat mencoba masuk ruang tertutup. Lalu dilemparkan gas air mata ke dalam ruang tertutup tersebut. Cukup 15 hitungan saja, lalu keluar. Biar merasakan sedikit ‘suasana’ saat itu.

 

Fra Wijaya

Sudah begitu jelas ada ratusan jiwa yg meninggal tp tak terdengar satu petinggi atau pejabat yg bersangkutan dgn peristiwa itu yg merasa bersalah dan dgn legowo mengundurkan diri sebagai bentuk pertanggungjawaban ke publik,entah polsek,polres,polda,kapolri ataupun ketua PSSI,ini bukan tentang satu atau dua nyawa pak,tp ratusan nyawa,dmn hati nurani panjenengan semua,mosok kalah karo Azrul pak,arek jek winginane ae wes eroh isin eroh sungkan….kanggo korban kabeh,padang dalane jembar kubure yo lorr,mugo² pengorbanan panjenengan sedoyo mboten sia²…Aamiin..

 

Saifudin Rohmaqèŕqqqààt

Sore itu di stadion Gelora 10 Nopember. Kompetisi perserikatan divisi utama tahun 1987/1988 diadakan. Langit sore itu mendung. Antusias masyarakat surabaya sangat besar. Semua pecinta bola datang. Apa yang terjadi. Stadion tidak muat. Stadion sudah jebol. Penonton memadati pinggir lapangan. Tidak ada jarak antara pemain PSIS semarang dan bonek Surabaya. Betul kata Pak Disway. Pagar kayaknya sudah roboh. Menara lampu stadion di panjat bonek. Nonton dari menara. Papan skor pun pun dengan bonek. Pendukung persebaya. Sore itu benar benar gila. Babak pertama gawang PSIS yang dijaga FX Cahyono, sudah kebobolan satu gol. Mulailah babak kedua. Wasit tidak memulai pertandingan. Penonton sudah di garis lapangan. Hujan pun turun sangat deras. Saya heran mengapa tidak ada yg meninggalkan stadion walau hujan sangat deras. Malah apa yg dilakukan penonton? Yang bawa payung, segera membuka payung. Penonton jaman tahun itu , karena belum ada hp, maka beberapa bawa payung. Sekitar menit 64, persebaya mendapat kesempatan tendangan pojok. Apa yg terjadi? Pemain persebaya waktu itu, Muharram tidak bisa menendang sepakan pojok. Mengapa? Anda semua sudah tahu, area pojok lapangan dikuasai penonton. Akhirnya wasit Jafar Umar yg meminpin pertandingan berlari ke pojok lapangan. “Mingir, minggir sebentar saja. Kasih ruang agar tendangan pojok bisa dilaksanakan”, pinta wasit. Penonton pun taat pada wasit. Salut pada bonek tahun 1987 an. Akhirnya tendangan pojok disepak dengan keras oleh Muharram.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan