Harapan Kanjuruhan

Pilihan kedua, main malam hari tapi jam 18.00 dimulai. Kalau stasiun TV tidak berminat mengambilnya tidak masalah. Klub-klub bisa jualan aplikasi live streaming.

Pilihan ketiga, demokrasi. Klub-klub memilih sendiri jadwal masing-masing. Dengan koordinasi dengan kepolisian setempat.

Praktis yang perlu diwaspadai sebenarnya hanyalah pertandingan yang melibatkan enam tim tersebut. Jangan sampai tim lain ikut jadi korban. SOP-pun jangan dibuat sama. SOP yang ketat akan menambah biaya pengamanan. Di luar enam tim tersebut, mungkin, dengan SOP yang paling sederhana pun sudah cukup.

Peristiwa besar selalu melahirkan pemikiran besar. Bukan mematikan harapan besar. (Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Edisi 4 Oktober 2022: Kanjuruhan Mangindaan

Lukman Nugroho

Abah sangat otoritaif untuk menjelaskan soal sepak bola, beserta dengan thek liwernya. Sebab Abah adalah pelaku sejarah dalam dunia sepak bola. Sangat setuju dan sepakat dengan bahasa bola. Dua kata yang sederhana, tapi mengandung berjuta solusi…

thamrindahlan

Lagu sepasang mata bola / Bukan kisah bola tendang / Pahami benar bahasa bola / Agar musibah tak terulang / Salamsalaman

 

Jimmy Marta

Bahasa bola. Emosi penonton yg mudah terpancing. Solidaritas antar penonton yg begitu tinggi. Melewati batas perbedaan agama, suku dan bendera. Bahasa bola. Gunakan pendekatan psikolgi pengendalian massa. Emosi jangan dilawan sensi. Solidaritasnya jangan dilawan rasa amarah. Mereka akan bersatu tanpa perlu saling kenal, tanpa tanya asal. Bahasa bola. Bisa disikapi dg pendekatan teknologi. Tiket online. One identity one ticket. Pengawasan via cctv yg lebih diperbaiki. Bahasa bola. Saat persepakbolaan sudah menjadi industri, semua yg terlibat harus profesional. Mengerti dan patuh pd aturan main.

 

Rizky Dwinanto

Dugaan saya, abah ada di Senayan tahun 96 atau 97. Semifinal Mitra Surabaya lawan Bandung Raya. Kebetulan saya hadir disana. Mitra ketinggalan 0-1, tidak ada kerusuhan berarti. Hanya riak-riak kecil suporter PSM (pertandingan kedua). Tiba-tiba ada satu tabung gas air mata tidak sengaja terlepas (saya tidak yakin hal itu sengaja atau tidak, tapi beritanya di koran benar-benar ghaib). Stadion semegah Senayan bisa bubar. Pemain bertumbangan, penonton harus keluar stadion untuk mengambil napas. Pertandingan harus dihentikan dan dilanjutkan besoknya. Separah itu efek gas air mata satu tabung. Bandingkan dengan di Kanjuruhan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan