Penyebab Suporter Bola Menjadi Anarkis, Ini Kata Psikolog

Penyebab Suporter Bola Menjadi Anarkis, Ini Kata Psikolog – Sudah bukan rahasia jika terkadang suporter bola di negara kita terlibat adu jotos bahkan tindakan anarkis. Belum lama ini, kericuhan terjadi pada Senin, (25/7) di Kawasan Gejayan Yogyakarta dan viral di media sosial.

Suporter Persis Solo yang akan menyaksikan tim kebanggannya melawan Dewa United di Stadion Moch Soebroto, Magelang terlibat kerusuhan dengan warga yang diduga suporter PSIM Yogyakarta.

Lalu, apa sebenarnya penyebab sebagian suporter bola ini melakukan tindakan anarkis?

Dilansir dari laman UGM, Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Drs. Koentjoro, MBSc., Ph.D., Psikolog mengatakan, tindakan anarkis maupun vandalisme yang dilakukan oleh suporter sepak bola terjadi karena dipengaruhi oleh jiwa massa.

Koentjoro menyampaikan bahwa seseorang atau individu akan bersikap berbeda ketika berada di tengah massa atau gerombolan. Saat berada di tengah massa akan mendorong munculnya perilaku atau tindakan yang tidak akan dilakukan saat sedang sendiri.

“Jiwa massa ini timbul ketika berada diantara massa dan memunculkan perilaku aneh yang saat dia sendirian tidak akan berani melakukan hal-hal itu. Apalagi ditambah dengan mengenakan pakaian atau atribut yang kemudian menggambarkan itu adalah satu bagian,” jelasnya.

Dia menambahkan, ketika bersama massa dan ditambah dengan memakai atribut yang menggambarkan seseorang itu menjadi bagian dari kelompok tersebut menjadikannya berani melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan saat sendiri. Tak hanya pada suporter bola, hal itu juga terjadi pada kerumunan massa lainnya seperti kampanye maupun demo.

“Misalnya saja di tengah demo atau kampanye ada pemimpin yang meneriakkan kata-kata dan melakukan gerakan tertentu secara tidak sengaja atau tak disadari akan tertular. Orang seringkali kehilangan kesadaran saat sudah berkumpul karena terhipnotis lingkungan,” paparnya.

Untuk mencegah terjadinya kericuhan massa, Koentjoro menyebutkan pentingnya upaya pengendalian masa. Pengendalian massa bisa dilakukan dengan memecah massa menjadi kelompok-kelompok lebih kecil agar jiwa massa tidak terlalu solid.

“Penting memecah massa agar massa tidak terkonsentrasi menjadi satu,”imbuhnya.

Ia mengatakan, aparat keamanan dapat membuat pengaturan waktu kepulangan suporter dalam beberapa kloter. Hal itu juga dimaksudkan mengatur rute untuk  memecah kerumunan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan