JABAREKSPPRES.COM – Rusia harus mempersiapkan dirii untuk menerima sanksi ekonomi, Paska beredarnya video yang menggemparkan dunia tentang ratusan mayat bergelimpangan di jalanan di Bucha, Ukraina.
Sanksi terhadap Rusia digaungkan oleh Presiden Emmanuel Macron saat wawancaranya dengan Stasiun Radio France Inter, Senin (4/4).
Dia mengatakan Prancis akan membahas dengan Uni Eropa mengenai ‘kekerasan di Bucha’.
Salah satunya membicarakan sanksi baru, yang menyasar pada pembatasan pasokan minyak dan batu bara Rusia.
Macron mengaku telah melihat laporan gambar-gambar mayat di Bucha dan menyebutnya ‘mengenaskan‘ serta ‘tak tertahankan’.
Jelas, menurutnya, itu adalah kejahatan perang yang benar-benar sangat jahat.
Perlu penyelidikan mendalam dan sanksi baru sebagai hukuman yang sepadan.
“Apa yang terjadi di Bucha menuntut pengenalan serangkaian sanksi baru. Kami berencana untuk mengoordinasikan upaya dengan mitra Eropa kami, khususnya, dengan Jerman,” kata Macron, seperti dikutip dari AFP.
Apakah Uni Eropa sudah benar-benar siap dan yakin akan memberlakukan sanksi baru kepada Rusia berupa penolakan impor minyak dan batu bara dari Rusia?
Macron mengatakan, keputusan itu sangat berat dan menyakitkan, tapi dirasa ampuh untuk menghukum Rusia. Untuk itu, ia akan membicarakannya di tingkat UE dalam waktu dekat.
“Saya pikir berkaitan dengan minyak dan batu bara, kita dapat bergerak maju dan kita harus bisa bergerak maju dalam hal sanksi,” kata Macron.
Macron menyatakan Prancis juga siap untuk memberikan bantuan kepada pihak berwenang Ukraina dalam melakukan penyelidikan di Bucha.
Dia mencatat bahwa orang yang bertanggung jawab atas kejahatan perlu menanggapi tindakan mereka.
Klaim bahwa Rusia melakukan pembunuhan terhadap ratusan warga sipil di Bucha, kota di dekat Kiev, menyeruak pada Senin (4/4).
Gambar-gambar yang beredar menunjukkan mayat-mayat yang merupakan penduduk setempat bergeletakan di jalan-jalan Bucha dengan kondisi mengenaskan.
Ada yang mati dengan tangan terikat, ada yang memiliki luka yang mengerikan, dan sebagainya. Rusia telah membantah tuduhan itu, mengatakan bahwa mereka tidak pernah menyasar warga sipil dan bahwa penarikan pasukan di kota-kota sekitar Kiev telah dilakukan pada 30 Maret.