Lansia dan ABK dari SLB di 3 Kecamatan Ikuti Vaksinasi Dosis Kedua

MAJALAYA – Guna membentuk herd immunity, ratusan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dari Sekolah Luar Biasa (SLB) di tiga kecamatan mengikuti vaksinasi dosis kedua yang digelar oleh Yayasan Ibu Fondation yang dilaksanakan di Gor Koni Majalaya, Kabupaten Bandung Selasa (14/12).

Projek Manager Ibu Foundation, Silvia Dewi mengungkapkan, anak berkebutuhan khusus dan lansia adalah kelompok masyarakat beresiko tinggi sehingga harus dilindungi serta mendapatkan prioritas vaksinasi.

Sehingga, kata Silvia, vaksinasi terhadap ABK, lansia, ibu hamil dan remaja menjadi salah satu respon dari Ibu Foundation yang bekerjasama dengan CBM Global Disability Inclusi.

“Vaksinasi massal ini pemberian dosis kedua untuk kawan-kawan ABK dan lansia. Kami bekerjasama dengan beberapa SLB, diantaranya, Majalaya, Ciparay, dan Cicalengka, serta dengan pihak kecamatan. Totalnya ada 211 orang, diantaranya adalah disabilitas sebanyak 111 orang,” ungkap Silvia saat di wawancara.

Silvia menjelaskan, kegiatan vaksinasi bagi ABK dan lansia dengan mendekatkan di sekitar tempat tinggal mereka. Karena selama ini mereka kesulitan mobilitas untuk mendatangi berbagai event besar vaksinasi masal yang diselenggarakan di tempat tertentu.

Hasilnya, Ibu Foundation ini telah menggelar vaksinasi bagi disabilitas dan lansia dilima tempat. Yakni di Kecamatan Cimenyan, Cileunyi, Cibiru Wetan, Ciparay dan hari ini di Majalaya.

“Ada beberapa kendala saat pelaksanaan, salah satunya sulit untuk menjangkau lansia, karena tersebar dimana-mana. Kalau disabilitas mudah dijangkau karena ada SLB dan komunitasnya. Untungnya, kami juga dibantu oleh para relawan lokal yang semangat merekrut dan memobilisasi lansia ke tempat vaksinasi,” jelasnya.

Menurutnya, ABK ini harus mendapatkan perlakuan khusus, sehingga, pemberian vaksinasi oleh tim medis pun disiapkan senyaman dan semenarik mungkin.

Salah satu caranya, pakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang dipakai oleh petugas medis dan vaksinator bergambar kartun animasi. Karena jika memakai APD dengan warna yang biasa dikhawatirkan menimbulkan ketakutan dan stres.

“Terkadang karena penyandang disabilitasnya hiperaktif atau yang autis harus pelan-pelan. Bahkan sampai divaksinnya di taman atau halaman gedung, yang hanya ada dirinya sendiri dengan vaksinator. Oleh karena itu, kita harus sabar dan menyesuaikan keinginan mereka,” ungkapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan