Lansia dan ABK dari SLB di 3 Kecamatan Ikuti Vaksinasi Dosis Kedua

Silvia melanjutkan, selama ini masyarakat secara umum menganggap jika disabilitas adalah suatu komorbiditas (penyakit penyertaa atau bawaan).

Padahal, bukan penyakit dan justru mereka itu adalah kelompok yang harus dilindungi dengan mendapatkan prioritas vaksinasi. Anggapan ini bahkan dirasakan juga oleh mereka penyandang disabilitas.

“Sehingga kami terus melakukan sosialisasi melaui SLB dan komunitas. Agar mereka paham bahwa disabilitas itu bukan komorbiditas. Justru harus mendapatkan prioritas vaksinasi. Nah untuk vaksinasi untuk disabilitas dan lansia itu kami punya target sebanyak 2000 orang, vaksin kesatu sudah selesai dan sekarang mulai yang kedua,” paparnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SLA A YPKR, Atep Iswandi mengatakan, sangat bersyukur dengan adanya program vaksinasi covid-19 dengan sasaran para penyandang disabilitas atau ABK. Karena memang kelompok ABK ini beresiko tinggi.

Disisi lain, kebanyakan dari merek tidak bisa mendatangi atau mengakses tempat-tempat vaksinasi masal yang biasa digelar secara umum.

Dari sekolahnya, Ia mengirim sebanyak 21 orang siswa siswi-nya. Mereka berasal dari berbagai disabilitas namun dengan batasan usia 12 tahun ke atas.

“ABK ini, harus diberikan perlakuan khusus, karena ABK ada beberapa karakter, yakni anak yang hiperaktif, saat akan di vaksin malah lari-lari dan itu harus dibujuk supaya diam dan mau di vaksin. Sekarang adalah vaksinasi kedua, Alhamdulilah lancar, tapi dari sebelumnya 21 orang, yang sekarang datang 17 orang, karena yang 4 orang ini tidak bisa mengikuti dikarenakan sakit,” tandasnya. (yul)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan