JAKARTA – Selama beberapa tahun terakhir, salah satu teknologi yang paling maju pesat untuk tujuan praktis adalah Teknologi AI (Artificial Intelligence).
Teknplogi AI memungkinkan mesin untuk melakukan tugas yang biasanya membutuhkan tingkat kecerdasan seperti manusia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, teknologi AI telah diberdayakan dan semakin banyak diadopsi di berbagai aplikasi.
‘’Jadi mulai dari tugas sehari-hari yang sederhana, asisten cerdas, dan keuangan, hingga perintah yang sangat spesifik, control operations, dan keamanan nasional,’’ujar Menko Airlangga dalam keterangannya, Kamis (24/11).
Menurutnya, pemanfaatan Teknologi AI diyakini dapat meningkatkan efisiensi bisnis, produktivitas dan mendorong inovasi di berbagai sektor.
Selain itu, Teknologi AI juga dapat diarahkan untuk menjawab permasalahan pembangunan nasional dan daerah, termasuk penanganan pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.
‘’Teknogi AI juga dapat untuk penciptaan lapangan kerja baru di luar manufaktur seperti rantai pasok, logistik, pusat pelayanan, dan kegiatan penelitian,’’kata Menko Airlangga.
Namun demikian, menurut Brookings Report (2018), meningkatnya penetrasi AI ke berbagai aspek kehidupan juga menimbulkan masalah penting.
Masalah akses data pribadi, bias dalam data dan algoritma, etika dan transparansi, serta tanggung jawab hukum.
Ada beberapa rekomendasi untuk mengatasi masalah tersebut, antara lain meningkatkan akses data, meningkatkan investasi Pemerintah dalam AI.
Mempromosikan pengembangan tenaga kerja Teknologi AI, membuat komite penasihat nasional, terlibat dengan pejabat pusat dan lokal untuk memastikan mereka memberlakukan kebijakan yang efektif.
Selain itu, mengatur broad objectives yang bertentangan dengan algoritma tertentu, memelihara mekanisme untuk kontrol dan pengawasan manusia, mencegah perilaku jahat, dan mempromosikan keamanan siber.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Kearney dan EDBI (2020) memperkirakan bahwa AI dapat memiliki dampak keseluruhan yang kuat, yakni peningkatan Produk Domestik Bruto sebesar 10-18% di seluruh Asia Tenggara pada tahun 2030, atau setara dengan hampir US$1 triliun.
Oleh karena itu, ASEAN harus meningkatkan dan memperkuat kerja sama dalam membentuk perkembangan teknologi AI di ASEAN.
Ini akan memberikan keuntungan, tidak hanya untuk mengelola peluang dan tantangan yang berasal dari AI, tetapi juga untuk lebih memperkuat stabilitas dan kemakmuran kawasan dengan menggunakan digital roadmap di tahun-tahun mendatang.