Kemenag Larang Kegiatan di Luar Sekolah Pasca Siswa Tenggelam di Ciamis

JAKARTA – Musibah meninggalnya 11 pelajar MTs Harapan Baru, Ciamis, saat kegiatan susur sungai di Sungai Cileueur Leuwi Ili pada Jumat (15/10) berbuntut. Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Ciamis melarang kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan di luar sekolah.

”Kegiatan (ekstrakurikuler) harus difokuskan di dalam sekolah dengan pengawasan ketat,” kata Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Ciamis Asep Lukman Hakim kepada wartawan, kemarin (16/10).

Dia menegaskan, harus ada pembatasan di kegiatan dalam sekolah atau kampus karena masih dalam masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). ”PTM (pertemuan tatap muka) saja terbatas,” katanya.

Terpisah, Dirjen Pendidikan Islam Kemenag M. Ali Ramdhani menyampaikan duka mendalam atas kejadian tersebut. ’’Semoga keluarga para siswa tetap tabah dan sabar. Para siswa meninggal saat ikut proses pendidikan, insya Allah mereka syahid,” ujar Ali.

Dia berharap ada evaluasi dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler madrasah, khususnya kegiatan yang memiliki potensi risiko tinggi. Keamanan dan keselamatan dalam kegiatan pembinaan madrasah harus menjadi perhatian dan prioritas. ’’Kegiatan yang berisiko tinggi harus benar-benar memperhatikan aspek keselamatan. Ini akan kita evaluasi,” tegasnya. ’’Saya sudah meminta Kabid Madrasah Kanwil Jabar agar bisa segera melakukan hal tersebut,” tambahnya.

Sementara itu, Humas MTs Harapan Baru Dandeu Rifai Hielmy menyatakan bahwa sekolah juga akan membatasi kegiatan Pramuka di luar pesantren. ”Insya Allah akan dilakukan pembatasan lingkungan pesantren pada ekstra Pramuka,” katanya.

Terkait insiden Jumat lalu, dia menjelaskan, kegiatan Pramuka dan susur sungai itu diikuti 145 siswa kelas VII didampingi 12 pembina. Mereka dibantu kakak pembina kepanduan dari kelas IX dan kakak satu tingkat. Total jumlah pembina dan kakak pembina 40 orang. Dengan demikian, jumlah orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut 185 orang.

Dia menyebutkan, peserta kegiatan yang tenggelam sebanyak 13 orang. ”Untuk korban (tenggelam, Red) ada 13. Dua selamat, berada di RSUD (Ciamis) dan 11 meninggal dunia,” terangnya.

Kegiatan susur sungai itu menjadi program madrasah. Sebelum 15 Oktober, panitia melakukan survei dan memasang tanda penunjuk arah selama tiga hari. ”Segala rupa mesti yang dilakukan,” katanya.

Kegiatan tersebut bertajuk tadabur alam. Tujuannya, memperkenalkan dengan lingkungan sekitar madrasah. ”Dan, memang ada perjalanan ke bantaran sungai,” terangnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan