“Don’t Breathe 2” Kembalinya Sang Mesin Pembunuh Veteran Perang

Madelyn Grace berperan sebagai Phoenix dalam film “Don’t Breathe 2”. (ANTARA/HO-Screen Gems/Sony Pictures)

Jika film pertama mendorong penonton untuk tak sepenuhnya berempati kepada Nordstrom, “Don’t Breathe 2” justru lebih banyak memberi panggung untuk lebih mendekat lagi terhadap kehidupan sang veteran perang itu dengan berbagai sisi manusiawinya.

Sayagues yang mendapat kesempatan menyutradarai sekuel ini mengatakan, bagaimana pun Nordstrom tidak akan pernah bisa dijadikan sesosok pahlawan namun para penggodok cerita di balik layar juga ingin menceritakan sebuah kisah dari sudut pandang karakter itu.

Pendapat sutradara dapat dipahami, tetapi sayangnya “Don’t Breathe 2” terasa kopong dalam segi eksplorasi karakter Nordstrom. Di sekuel kedua, masa lalu Nordstrom tampak hanya seolah-olah merujuk pada segala kejahatannya dalam peristiwa di film pertama, padahal jika latar belakang sang kakek bisa ditarik lebih jauh ia akan jauh lebih menarik dan narasinya akan jauh lebih kaya.

Satu-satunya kawan Nordstrom, Hernandez (diperankan oleh Stephanie Arcila), sempat menyinggung trauma perang–kalau tidak salah–sesaat sebelum pergi bersama Phoenix untuk sekadar berjalan-jalan di sekitar kota. Dulunya, Hernandez juga seorang veteran tentara–tak diketahui apakah Nordstrom dan Hernandez sama-sama pernah bertugas bersama atau tidak–yang jelas latar belakang itu tak dieksplorasi lebih lanjut.

Dengan menampilkan kisi-kisi atau potongan masa lalu Nordstrom jauh sebelum peristiwa di film pertama setidaknya dapat lebih membantu penonton untuk membaca dari sudut pandangnya.

Apakah kebutaan dan kebrutalannya menjadi “mesin pembunuh” merupakan sisa-sisa trauma peperangan di masa lalu? Kenapa ia begitu terobsesi ingin mengasuh seorang anak? Seperti apa anak kandung yang ia sebut telah meninggal dalam peristiwa kecelakaan? Bagaimana sisi-sisi sepi dalam kehidupannya sejak menjadi veteran?

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu hanya tampil setengah-setengah dalam sekuel kedua dan meninggalkan lubang dalam kepenuhan karakter yang menjadi sentral cerita.

Padahal aktor Stephen Lang sendiri mengamini bahwa luka perang luka perang yang mengakibatkan kebutaannya bersama dengan trauma lain yang dideritanya di masa lalu telah membuat Nordstrom menjadi manusia yang penuh dengan intrik abu-abu.

Tinggalkan Balasan