Keberadaan KEK Gresik untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi

GRESIK – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan, keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dibuat dalam rangka untuk pemerataan ekonomi di seluruh wilayah di Indonesia.

Menurutnya, saat ini di Indonesia sudah ada 15 KEK yang telah ditetapkan oleh presiden. Dari berdirinya KEK tersebut diperoleh komitmen Bersama pelaku usaha sebesar Rp64,4 triliun dan realisasi investasi mencapai Rp43 triliun.

Dari 15 KEK tersebut, terdapat total 150 jumlah perusahaan dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi 22.279 tenaga kerja.

BACA JUGA: Presiden Jokowi Bersama Menko Airlangga Groundbreaking Smelter Freeport di Gresik

‘’KEK telah berhasil membantu pertumbuhan nilai Ekspor sebesar Rp3,8triliun. Saat ini di Indonesia telah terdapat 19 KEK. Dimana KEK Gresik adalah salah satu dari 4 KEK tambahan,’’ujar Menko Airlangga dalam keterangannya Selasa, (12/10)

Saat ini komitmen investasi di 19 KEK berkembang menjadi Rp92,9 triliun dengan realisasi investasi pelaku usaha dan badan usaha mencapai Rp54,6 triliun.

Investasi tersebut berasal dari penambahan jumlah pelaku usaha di KEK menjadi sebanyak 167 pelaku usaha yang telah meningkatkan jumlah lapangan kerja menjadi sebanyak 27.090 orang.

Keberadaan KEK Gresik sendiri, sudah ditetapkan pada 28 Juni 2021 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2021.

KEK ini memilki lahan luas total sebesar 2.167 Ha dengan target nilai investasi dalam 5 tahun pertama sebesar Rp71 triliun.

Kegiatan utama dari KEK Gresik meliputi Industri Metal (Smelter), Industri Elektronik, Industri Kimia, Industri Energi dan Logistik.

PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan anchor tenant KEK Gresik dengan investasi pembangunan smelter mencapai Rp42 triliun dengan off takers ekspor maupun domestik.

Kapasitas smelter yang dibangun ini nantinya mampu mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahunnya, dan ini merupakan kapasitas single line terbesar di dunia.

“Hal tersebut tentu saja nantinya akan memberikan kontribusi positif terhadap nilai ekspor lndonesia maupun substitusi impor,” ujar Menko Airlangga.

Selain itu, dapat menciptakan lapangan kerja sejumlah 40.000 orang pada masa konstruksi hingga tahun 2024.

Hal tersebut seiring dengan upaya Pemerintah yang terus mendorong pengembangan industri hilir tembaga agar memiliki nilai tambah bagi negara.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan