JAKARTA – Sekretaris Jendral Kementerian Sosial Harry Hikmat mengatakan Mensos Tri Rismaharini telah meminta maaf atas insiden yang terjadi saat kunjungan ke Gorontalo.
Harry memastikan teguran keras Bu Risma kepada salah satu pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) di Gorontalo karena adanya miskomunikasi.
“Jadi miskom (miskomunikasi) karena proses, waktu Ibu (Risma) memimpin rapat itu sangat ketat, banyak aspek yang dibahas,” ujar Harry usai Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VIII DPR RI di Jakarta, Senin (4/10).
Harry mengatakan Risma telah meminta maaf secara langsung kepada anggota Komisi VIII DPR RI Idah Syahidah Rusli Habibie dan Gubernur Gorontalo Rusli Habibie.
Dia menjelaskan teguran keras Risma dianggap wajar, karena mengingatkan jajarannya bagaimana mengoptimalkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
“Dalam kaitan program, ada pendamping, pendamping inilah yang kemudian mengecek data, dan pembaharuan data, yang dilakukan Pemda, mekanismenya data diusulkan untuk pembaharuan di DTKS. Mekanisme itulah yang belum tersampaikan oleh pendamping, seolah-olah Kemensos yang mencoret, padahal bukan mencoret, ada datanya, tetapi itu data PKH yang memang masih proses penyaluran,” ujarnya.
Terdapat miskomunikasi terhadap data 26 Keluarga Penerima Manfaat di Gorontalo, tetapi Harry memastikan semua sudah beres dengan klarifikasi dan meminta maaf.
Harry juga mengatakan gaya komunikasi Risma memang sangat terbuka dan setiap kunjungan kerja harus mengungkapkan permasalahan untuk dicarikan solusinya.
“Nah kalau namanya Ibu menteri ke pendamping PKG itu sudah memberi motivasi itu sudah biasa, sama dengan dulu waktu ke Wiyata Guna. Namanya ke staf-staf itu untuk membangkitkan semangat, membangkitkan kesungguhan, keseriusan bahkan sampai ke militansi, itu yang diharapkan,” ujar Harry. (antara/jpnn)