JAYAPURA – Tim sepatu roda Jawa Barat menyebut adaptasi lapangan yang minim membuat mereka kesulitan untuk bersaing dalam perebutan medali emas dalam ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua.
“Sebetulnya terlihat faktor lapangan, track juga berpengaruh, sementara yang punya trek seperti ini hanya Papua dan DKI Jakarta,” ujar pelatih sepatu roda Jabar Andres Sudrajat di Klemen Tinal Roller Sport Arena, Kota Jayapura, Kamis (30/9).
Andres mengatakan tim sepatu roda Jabar hanya melakukan dua kali uji lapangan di Klemen Tinal. Terlebih, pertandingan diselenggarakan di lintasan indoor.
Para atlet Jawa Barat, kata dia, terbiasa menguasai lintasan medan aspal seperti yang ada di GOR Saparua, Kota Bandung. Menurutnya, kedua arena itu memiliki perbedaan dari sisi lintasan dan sudut kemiringan.
“Kalimantan Timur, DKI Jakarta dan Papua selalu berlatih yang track indoor. Nah, sebenarnya kelemahan kita adalah di track,” kata Andres.
Di samping itu, pemilihan roda juga dinilai berpengaruh pada performa dan kecepatan. Roda yang digunakan atlet Jawa Barat biasa dipakai untuk jenis lintasan aspal dengan tingkat kekerasan yang tinggi.
“Sudut kemiringan, faktor kekerasan lapangan juga berbeda, terus juga pemilihan ban juga harus beda memang di lapangan ini,” terang Andres.
Begitu pula dengan tim Jawa Timur yang meraih hasil kurang maksimal di beberapa gim sebelumnya karena kurangnya waktu untuk beradaptasi dengan lintasan indoor, mereka juga terbiasa berlatih di medan aspal seperti tim Jabar.
“Kami belum pernah pakai lapangan seperti ini, karena kami latihannya masih di aspal,” ungkap pelatih sepatu roda Jatim Risyal Falah.
Hingga Kamis, Jabar baru mengumpulkan dua perak dan tujuh perunggu, sementara Jatim mengumpulkan satu emas, dua perak dan dua perunggu melalui cabang olahraga sepatu roda.
(Antaranews)