Kendala BIJB Kertajati, Pembangunan Lambat, Akses pun Terhambat

Ditambah, kendala belum rampungnya Tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan) yang sedianya menjadi akses menuju bandara di Majalengka ini. Sehingga, untuk membangkitkan trafik penerbangan di Bandara Kertajati, hal ini perlu jadi perhatian khusus dari berbagai pihak.

Menurut Daddy Rohanady, sudah seharusnya, upaya percepatan pembangunan tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan) menjadi perhatian utama Jawa Barat. Karena, keberadaan akses tol yang mempersingkat waktu tempuh ini berpeluang mengubah situasi bandara Kertajati yang sepi jadi lebih diminati.

“Akan terjadi akselerasi penyelesaian dan fungsi – fungsi Bandara Kertajati. Selain itu, katanya, diperlukan komunikasi khusus antara daerah dan pusat untuk percepatan pembangunan,” paparnya.

Hal serupa diungkapkan Direktur Utama PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (PT BIJB), Salahudin Rafi. Ia mengaku terkendala dengan belum selesainya Tol Cisumdawu yang sedianya menjadi akses cepat menuju Kertajati.

“Kenapa tol Cisumdawu? Kalau bandara itu punya daerah cakupan. Namanya Catchment Area. Nah catchment Bandara Kertajati itu dari Karawang ke Kertajati, Jawa Tengah bagian Barat ke Kertajati. Sama halnya Bandung. Itu demand (permintaan)-nya 6,5 juta penumpang per tahun,” ucap Rafi.

Ia menuturkan, akses menuju bandara seringkali menjadi pertimbangan utama dalam bepergian. Baik wisatawan maupun pekerjaan dinas keluar kota. Sehingga, calon penumpang cenderung lebih memilih bandara lain yang akses perjalanannya tidak memakan waktu lama.

Ia menyayangkan Tol Cisumdawu yang belum selesai, sehingga akses menuju Bandara Kertajati butuh waktu sekitar dua sampai tiga jam dari Kota Bandung. Waktu perjalanan yang tidak singkat ini membuat calon penumpang beralih ke bandara lain.

“Karena aksesnya ke Bandara Kertajati itu masih di atas 90 menit. Sehingga penumpang masih memilih bandara lain,” katanya.

Ia menjelaskan, dari permintaan penerbangan yang 6,5 juta per tahun itu, 4 jutanya masih ke Bandara Husein. Sementara itu, 1,2 juta calon penumpang lainnya memilih ke Bandara Soekarno Hatta. Sedangkan sisanya sekitar 1,3 juta calon penumpang, melipir ke Bandara Halim.

“Rumusnya di situ. Jadi tidak ada covid pun, bangkitnya tidak seperti yang diharapkan,” jelasnya.

Dengan santai dirinya menerangkan, dari awal 2020, trafik keberangkatan di BIJB sudah 22 perhari. Terhitung, 11 datang, 11 berangkat. Kargonya pun, lanjut dia, rata-rata 6 sampai 8 ton perhari. Ditambah, pemberangkatan internasional sudah ada, 2 Kertajati-Malaysia-Jeddah, dan sebaliknya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan